Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Isra dan Miraj: Dari Pancaran Cahaya Menuju Pencerahan

OLEH: PRINCE EL HASSAN BIN TALAL*

Senin, 20 Februari 2023, 11:57 WIB
Isra dan Miraj: Dari Pancaran Cahaya Menuju Pencerahan
Kompleks Masjid Al-Aqsa/Net
SEORANG mukmin tentu akan merasakan pancaran cahaya spiritual di balik peristiwa Isra dan Mi'raj sebagai salah satu tanda kebesaran Allah.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Peristiwa Isra Mi'raj menggambarkan betapa dalam kasih sayang Allah terhadap umat manusia. Peringatan Isra Mi’raj adalah peringatan yang dapat menghidupkan kalbu dan membangkitkan akal pikiran, serta dapat memperpendek jarak antara pancaran cahaya dengan pencapaian-pencapaian yang diraih setelah pencerahan.

Isra Mi’raj adalah peristiwa yang layak untuk dikenang dan direnungkan agar kita bisa menimba lebih banyak hikmah dan ilmu dari sana yang membantu kita untuk lebih memahami agama.

Sebab pemahaman mendalam tentang agama dapat menghantarkan kita ke tempat tertinggi, dan saat kita kembali, maka kita kembali dalam keadaan kuat dan tegar untuk melanjutkan proses pembangunan dan pengembangan di muka bumi.

Di dalam ayat-ayat tentang Isra dan Mi’raj, Allah SWT telah menggambarkan tingginya ubudiyah (penghambaan) Rasulullah SAW. Dia berfirman, “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya.” (QS. Al-Isra`: 1).

Ayat ini mengandung isyarat yang jelas bahwa penghambaan kepada Allah merupakan sifat terdalam manusia dalam tingkat kedekatan dan penghormatan tertinggi kepada Sang Pencipta. Sifat ini menegaskan betapa pentingnya tawadhu’ (rendah hati) meski kita memiliki derajat dan kedudukan tinggi, dan mengingatkan kita akan hal terbesar yang mempersatukan kita sebagai manusia. Ini berarti bahwa semua identitas ras, suku, budaya dan golongan harus bersatu di bawah payung ubudiyah kepada Tuhan Sang Pencipta.

Perasaan akan luhurnya nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam peristiwa Isra dan Mi'raj dapat membangkitkan kesadaran akan tingginya martabat dan kedudukan manusia di hadapan Allah, dan menegaskan bahwa setiap individu manusia memiliki hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan memiliki kebebasan untuk beragama dan berkeyakinan, jauh dari penindasan dan arogansi kaum mayoritas, seperti sikap yang ditunjukkan kaum musyrikin Quraisy terhadap Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Sakralitas dan kesucian Masjid al-Haram meliputi seluruh kota Makkah, hal mana mengisyaratkan pentingnya untuk beralih dari sakralitas ibadah dalam dimensi agama yang sangat private, menuju kesucian kehidupan duniawi secara umum dan menyeluruh.

Demikian halnya, ketika Al Quran menggambarkan Masjid Al-Aqsa dengan mengatakan, “Yang telah Kami berkahi sekelilingnya (QS. Al-Isra`: 1)”, hal ini berarti bahwa Allah telah memberi masjid ini keistimewaan agung yang dapat memperluas pancaran keberkahannya hingga ke luar lingkungan masjid dan kota, diteruskan hingga ke seluruh penjuru dunia sehingga meliputi seluruh umat dan bangsa.

Mujizat Isra telah menghubungkan dua kota, Makkah dan al-Quds (Yerusalem), dengan ikatan spiritual yang sakral. Termasuk hikmah Ilahi jika peristiwa Mi’raj (naiknya Rasulullah ke langit) tidak terjadi langsung dari Makkah, melainkan dari titik persinggahan beliau di Masjid Al-Aqsa, barulah kemudian beliau naik ke langit.

Ini mengingatkan kita akan kesatuan risalah ilahiyiah yang dibawa para nabi dan rasul. Perjalanan Rasulullah ke langit semakin mempertegas fakta ini, yaitu ketika beliau bertemu dengan nabi-nabi lainnya. Di sini terkandung isyarat akan pentingnya mempersatukan pegalaman-pengalaman rohani yang dialami para nabi dan rasul dalam menghadapi rintangan dan kesulitan yang menghalangi jalan dakwah dan reformasi.

Gambaran tentang Masjid Al-Aqsa “yang paling jauh” membuat kita merasa bahwa perjalanan spiritual telah mencapai jarak terjauhnya di muka bumi, yaitu ketika kota Makkah dihubungkan dengan Al-Quds.  

Sejalan dengan itu, Mi’raj ke langit membawa kita mencapai Sidratul Muntaha, jarak terjauh yang bisa dicapai oleh ruh manusia dalam perjuangannya di hadapan cahaya ilahi. Sebab tujuan terbesar seorang mukmin adalah berjuang untuk mencapai puncak dari ibadah dan akhir dari segala hakikat.

Meyakini kebenaran peristiwa Isra dan Mi’raj merupakan ujian bagi kaum mukmin untuk mengetahui kebenaran iman mereka terhadap yang ghaib dan mengetahui sejauh mana keyakinan mereka terhadap kekuasaan Sang Pencipta.

Mukjizat Isra dan Mi'raj merupakan perpanjangan dari keyakinan kita terhadap mukjizat kenabian. Orang yang percaya pada kenabian Muhammad SAW, tentu dia tidak akan meragukan peristiwa itu.

Hal ini sebagaimana jawaban yang dikatakan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq saat ia ditanya tentang Isra dan Mi’raj, “Ya, bahkan saya percaya kepada Muhammad dalam hal-hal yang jauh lebih dari itu. Saya percaya kepadanya tentang naik dan turunnya dari langit sesuai berita dari langit.”

Barangkali hikmah di balik terjadinya Isra di malam hari adalah agar di malam hari, kita senantiasa merenung dan ikut merasakan cobaan dan ujian yang dihadapi oleh Nabi SAW, keluarga dan para sahabatnya. Beliau telah menerima banyak gangguan dan tindakan jahat dari orang-orang kafir Quraisy di tahun kesedihan.

Di tahun itu, istri beliau, Khadijah, telah meninggal dunia. Di tahun yang sama, paman beliau, Abu Thalib, juga meninggal dunia. Beliau juga disakiti dan diusir oleh penduduk Tha`if dari kota itu. Maka peristiwa Isra datang untuk membawa beliau dari gelapnya kesedihan dan kedzaliman manusia menuju cahaya syukur dan cinta ilahi.
 
Dengan merenungi hakikat-hakikat spiritual dan makna-makna kelapangan ilahi dapat memberi seseorang kekuatan untuk tabah dan bersabar dalam menanggung setiap kesedihan di muka bumi. Peristiwa Isra tak lain adalah untuk menguatkan hati Rasulullah SAW, memuliakannya, dan menunjukkan kedudukannya yang tinggi di antara para nabi lainnya.

Peristiwa Isra bukanlah sebatas mukjizat inderawi dan fisikis semata, karena Allah menghendakinya menjadi mukjizat spiritual yang melampaui batas waktu hingga Hari Kebangkitan kelak. Karena risalah yang diemban Rasulullah SAW berlaku hingga akhir zaman. Sebagaimana risalah Islam memerlukan bukti-bukti spiritual yang memperkuat keyakinan kaum mukmin, kita juga memerlukan bukti-bukti materiil yang logis yang dapat membangkitkan peradaban manusia dan menegaskan universalitas risalah penutup yang dibawa Rasulullah SAW.

Saat ini, kita sangat perlu merumuskan kembali wacana keagamaan yang baru, yang memadukan antara yang dalil naqli, dalil aqli, pengalaman spiritual dan kisah-kisah legenda dalam warisan agama kita.

Tentu ini merupakan sebuah proyek yang membutuhkan pengembangan pada metode ijtihad dan pemahaman baru terhadap ayat-ayat kauniyah dan ruhiyah, yaitu pemahaman yang akan memberi dunia semangat baru di saat tantangan semakin besar dan keimanan pada keajaiban kekuatan ilahi melemah.

Abdul Aziz Sashadina mengatakan, "Ketika hukum dan iman berpadu dalam kehidupan individu, keduanya akan menciptakan rasa aman dan integritas dalam dirinya, juga dapat menguatkan kesadarannya akan tanggungjawab dalam menegakkan keadilan. Ketika rasa aman dan integritas ini ditransmisikan agar tercermin dalam kehidupan seluruh lapisan masyarakat, maka ia akan mewujudkan keharmonisan sosial. Di sini perdamaian dapat menjadi sebuah keyakinan yang tercermin dalam tindakan.”

Mujizat Isra dan Mi'raj mengingatkan kita akan tanggungjawab spiritual dan historis yang dipikul negara Yordania dalam menjaga dan merawat Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci Islam dan Kristen lainnya di Yerusalem.

Meski tekanan dan tantangan menghadang kita, tanggungjawab menjaga dan merawat Masjid Al-Aqsa ini akan terus mendapatkan kekuatan dan dorongannya dari semangat Isra yang merupakan perpanjangan dari ikatan suci antara Baitul Maqdis dengan Rasulullah saw., keluarganya dan para pengikutnya.

Peristiwa Isra dan Mi'raj menegaskan perlunya masyarakat kita akan suatu tatanan moral yang dapat menutupi celah-celah keadilan sosial, membebaskan kaum tertindas, menolak kebencian dan kekerasan, melindungi kita dari dampak buruk bencana dan peperangan, serta mendukung semangat solidaritas dan kerjasama di antara umat manusia. rmol news logo article

*His Royal Highness Prince El Hassan Bin Talal Hashemite Kingdom of Jordan

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA