Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Setahun Menjelang Pemilu 2024, yang Juara dan yang Tak Lolos?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/denny-ja-5'>DENNY JA</a>
OLEH: DENNY JA
  • Selasa, 07 Februari 2023, 17:33 WIB
Setahun Menjelang Pemilu 2024, yang Juara dan yang Tak Lolos?
Ilustrasi/Net
SETAHUN sebelum pelaksanaan Pemilu 2024, hanya tiga partai yang perolehan dukungannya di atas 10 persen, yaitu PDIP, Golkar dan Gerindra.

PDIP ditempat teratas mendapat dukungan sebesar 22,7 persen, Golkar ditempat kedua mendapat dukungan 13,8 persen, dan Gerindra ditempat ketiga mendapatkan dukungan 11,2 persen.

Ketiga partai ini berpeluang untuk menjadi pemenang di Pemilu 2024. Karena pemilu legislatif dan pemilu presiden terjadi secara serentak, partai yang mengajukan calon presiden paling populer berpeluang menjadi partai terbesar.

Terdapat empat partai (di luar PDIP, Golkar, Gerindra) yang perolehannya melebihi parliamentary threshold 4 persen, yaitu: PKB, Demokrat, PKS, Nasdem.

PKB mendapat dukungan sebesar 8 persen, Demokrat mendapat dukungan sebesar 5 persen, PKS mendapat dukungan sebesar 4,9 persen, dan Nasdem mendapat dukungan sebesar 4,4 persen.

Di luar tujuh partai di atas, partai-partai lain yang ikut pemilu di 2024, perlu berjuang extra untuk bisa lolos parliamentary threshold.

Semua partai baru (yang ikut baru pertama kalinya) masih menjadi partai nol koma (dukungan di bawah 1 persen)

Demikianlah temuan penting dari survei nasional terbaru LSI Denny JA. Data dan analisa didasarkan pada survei nasional pada tanggal 4-15 Januari 2023 dan riset kualitatif.

Survei nasional menggunakan 1.200 responden di 34 Provinsi di Indonesia. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/- 2,9 persen.

Riset kualitatif dilakukan dengan analis media, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview.

Bagian 1: Kategori Partai

Terdapat tiga kategori partai berdasarkan tahun kelahirannya.

Pertama, partai yang lahir sebelum reformasi, yaitu: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (Golkar), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Kedua, partai yang lahir setelah reformasi, yaitu: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Dalam kategori itu terdapat pula Partai Amanat Nasiona (PAN), Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Persatuan Indonesia Raya (Perindo), Partai Buruh, dan Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda).

Ketiga, partai peserta pemilu pertama di 2024, yaitu: Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), dan Partai Ummat (PU)

Jika dilihat dari dukungan pemilih, terdapat empat kategori. Yaitu Partai Besar (partai dengan dukungan diatas 10 persen), Partai Menengah (partai dengan dukungan 4-10 persen), Partai Kecil (partai dengan dukungan 1-4 persen, dan terancam tidak lolos parlemen), dan Partai Nol Koma (partai dengan dukungan masih di bawah 1 persen).

Partai mana saja yang masuk partai besar? Partai mana saja yang masuk partai menengah? Partai mana saja yang masuk partai kecil? Partai manakah yang masuk partai nol koma?

Kategori ini disusun berdasarkan data survei nasional (surnas) LSI Denny JA (Januari 2023).

Berdasarkan surnas LSI Denny JA Januari 2023, terdapat tiga Partai Besar, yaitu: PDIP dengan dukungan sebesar 22,7 persen, Partai Golkar dengan dukungan sebesar 13,8 persen, dan Partai Gerindra dengan dukungan sebesar 11,2 persen.

Ketiga partai diatas, mendapatkan dukungan lebih dari 10 persen, sehingga dikategorikan sebagai partai besar.

Berdasarkan surnas LSI Denny JA Januari 2023, terdapat empat partai menengah, yaitu: PKB dengan dukungan sebesar 8 persen, Partai Demokrat dengan dukungan sebesar 5 persen, PKS dengan dukungan sebesar 4,9 persen, dan Partai Nasdem dengan dukungan sebesar 4,4 persen.

Keempat partai ini mendapat dukungan direntang 4-10 persen, sehingga dikategorikan sebagai partai menengah.

Berdasarkan surnas LSI Denny JA Januari 2023, terdapat tiga partai kecil, yaitu : Partai Perindo dengan dukungan sebesar 2,8 persen, PPP dengan dukungan sebesar 2,1 persen, dan PAN dengan dukungan sebesar 1,9 persen.

Ketiga partai ini mendapat dukungan direntang 1-4 persen, sehingga di kategorikan partai kecil.

Berdasarkan surnas LSI Denny JA Januari 2023, terdapat delapan Partai Nol Koma, yaitu: PSI dengan dukungan sebesar 0,5 persen, PBB, Partai Garuda, PU dengan dukungan sebesar 0,3 persen, Partai Hanura, Partai Buruh, Partai Gelora, dan PKN dengan dukungan sebesar 0,1 persen.

Kedelapan partai ini dukungannya di bawah 1 persen, sehingga dikategorikan sebagai partai nol koma.
     
Temuan yang menarik, semua partai besar, lahir sebelum reformasi, kecuali Partai Gerindra.

PDIP sebagai Partai Besar, kelahirannya sebelum reformasi.  Partai Golkar sebagai partai besar, kelahirannya sebelum reformasi. Partai Gerindra sebagai partai besar, kelahirannya setelah reformasi.

PPP satu-satunya partai yang lahir sebelum reformasi yang tidak menjadi partai besar. Era reformasi di Indonesia dimulai pada tahun 1998, tepatnya pada saat Presiden Soeharto mengundurkan diri, pada Mei 1998.

Semua partai menengah lahir setelah reformasi (kecuali Partai Gerindra yang menjadi partai besar).

Gerindra lahir setelah reformasi dan menjadi Partai Besar dengan dukungan diatas 10 persen. PKB partai menengah kelahirannya setelah reformasi. Partai Demokrat partai menengah, kelahirannya setelah reformasi. PKS partai menengah kelahirannya setelah reformasi. Begitu pula dengan Nasdem Partai Menengah kelahirannya setelah reformasi.

Semua partai kecil, pernah ikut pemilu minimal sekali pemilu. Partai Perindo pernah ikut pemilu di tahun 2019 namun belum berhasil lolos parliamentary threshold. PPP mengikuti pemilu sebelum masa reformasi hingga sekarang dan berhasil mendapatkan kursi di setiap pemilu. PAN mengikuti pemilu setelah reformasi, dan berhasil mendapatkan kursi di setiap pemilunya.
     
Semua partai yang baru ikut pemilu pemilu pertama kali menjadi partai nol koma.

Partai Ummat dan Partai Gelora pemilu pertamanya di tahun 2024 mendatang. PKN pemilu pertamanya di tahun 2024 mendatang.

Dukungan terdapat tiga partai yang pertama kali ikut pemilu, di tahun 2024 mendatang, dukungannya di bawah 1 persen saat ini.

Bagaimana peluang partai baru? terdapat sejarah sukses dan sejarah buruk partai baru. Sejarah sukses partai baru.

Pemilu pertama Partai Demokrat pada tahun 2004, Partai Demokrat masuk Partai Menengah dengan dukungan 7,45 persen. Pemilu kedua partai Demokrat tahun 2009, Partai Demokrat menjelma menjadi partai besar sebagai pemenang pemilu dengan dukungan 20,4 persen. Hari ini Partai Demokrat menjadi partai menengah dengan dukungan sebesar 5 persen

Terdapat pula sejarah buruk partai baru. Partai Hanura pada pemilu pertamanya di tahun 2009 berhasil lolos ke DPR sebagai partai kecil dengan perolehan dukungan sebesar 3,77 persen.

Pemilu leduanya di tahun 2014 Partai Hanura menjadi partai menengah dengan dukungan sebesar 5,26 persen. Pemilu 2019, Partai Hanura tak lolos parliamentary threshold, tidak mendapatkan kursi di DPR.

PBB pada pemilu pertamanya di tahun 1999, berhasil lolos DPR, begitu pula tahun keduanya ikut pemilu di tahun 2004 berasil lolos DPR, namun 2009, 2014, 2019, PBB tak lolos parliamentary threshold.
     
Bagian 2: Kepuasan Kinerja Pemerintah

Kepuasan kinerja pemerintah bisa dibuat dalam kategori rapor biru dan rapor merah.

Rapor biru jika yang puas (puas + sangat puas) lebih besar dibandingkan yang tak puas (tak puas + sangat tidak puas).

Rapor merah jika yang puas (puas + sangat puas) lebih sedikit dibandingkan yang tak puas (tak puas + sangat tidak puas)

Terdapat delapan rapor biru pemerintahan Jokowi. Tiga tertinggi rapor biru pemerintahan Jokowi adalah dalam isu sosial budaya dengan kepuasan sebesar 83,6 persen, isu keamanan dengan kepuasan sebesar 73 persen, dan isu internasional sebesar 72,4 persen.

Rapor biru pemerintahan Jokowi yang lain adalah, dalam isu kesejahteraan guru dan PNS sebesar 61,3 persen, isu ekonomi sebesar 59,4 persen, isu menyediakan sembako sebesar 58.6%, isu politik sebesar 54,3 persen, dan isu penegakan hukum sebesar 53,8 persen.

Terdapat tiga rapor merah pemerintahan Jokowi. Pertama, dalam isu kesejahteraan petani, buruh, dan nelayan. Kepuasan atas isu ini sebesar 42,6 persen. Ketidakpuasan atas isu ini sebesar 51,4 persen. Lebih banyak yang tidak puas dibandingkan dengan yang puas.

Kedua, isu mengurangi kemiskinan. Kepuasan atas isu ini sebesar 41,5 persen. Ketidakpuasan atas isu ini 56,5 persen.

Ketiga, isu membuka lapangan pekerjaan. Kepuasan atas isu ini 38,3 persen, ketidakpuasan atas isu ini sebesar 59,5 persen.
     
Bagaimanakah perbedaan perilaku pemilih antara partai besar (PDIP + Golkar + Gerindra), dibandingkan pemilih partai menengah (PKB + Demokrat + PKS + Nasdem), dibandingkan pemilih partai gurem (Partai Kecil + Partai Nol Koma) terhadap kepuasan kinerja pemerintah Jokowi?

Dalam isu ekonomi, kepuasan pemilih partai besar sebesar 64 persen, kepuasan pemilih partai menengah sebesar 53,9 persen, dan kepuasan pemilih partai gurem sebesar 50,7 persen. Pemilih partai besar yang paling tinggi kepuasannya, diikuti partai menengah, kemudian partai gurem.

Pemilih partai gurem umumnya lebih tidak puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi dibandingkan pemilih partai menengah dan partai besar untuk aneka isu kinerja pemerintahan Jokowi.

Apa yang dapat dipelajari dari sejarah pertumbuhan partai lama dan baru?

Partai baru hanya bisa menjulang tinggi paling didukung jika partai itu memiliki calon presiden paling populer.

Ini terjadi untuk kasus Partai Demokrat. Saat itu Demokrat untuk pemilu yang kedua yang diikutinya (2009), memiliki SBY sebagai calon presidennya.

Partai yang lahir di era reformasi hanya bisa menjadi partai besar (dukungan lebih dari 10 persen) jika punya capres yang juga populer (kasus Partai Gerindra dengan Prabowo).

Tapi partai yang pernah lolos ke DPR dapat terjatuh menjadi partai non-parlemen (tak lolos parliamentary threshold), seperti pada kasus Partai Hanura dan PBB.

Ini peringatan untuk PAN dan PPP yang hingga hari ini belum didukung minimal 4 persen.

Kesimpulan

Terdapat tujuh kesimpulan dari rilis LSI Denny JA kali ini.

Pertama, partai di atas 10 persen, hanya dicapai oleh tiga partai, yaitu: PDIP, Golkar dan Gerindra.

Kedua, semua partai baru (yang ikut pemilu baru pertama kalinya) masih menjadi partai nol koma (dukungan kurang dari 1 persen).

Ketiga, partai yang kini lolos parliamentary threshold 4 persen adalah: PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, Demokrat, PKS, Nasdem.

Keempat, partai yang belum lolos parliamentary threshold harus mengandalkan kekuatan pengaruh personal calon anggota DPR.

Kelima, pendukung partai gurem umumnya dari pemilih yang tingkat kepuasannya pada kinerja pemerintah paling rendah.

Keenam, PDIP diambang hattrick (menang pemilu 3 kali berturut-turut jika memiliki capres yang populer)

Ketujuh, Golkar dan Gerindra hanya bisa mengalahkan PDIP jika memiliki capres yang lebih populer ketimbang capres PDIP.
 
Dengan model pemilihan umum serentak, pilpres dan pileg sekaligus, beruntunglah partai yang memiliki capres sangat populer, yang dapat mendongkrak dukungan atas partai itu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA