Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Keajaiban Hana Lolos dari Serial Killer

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/djono-w-oesman-5'>DJONO W OESMAN</a>
OLEH: DJONO W OESMAN
  • Jumat, 27 Januari 2023, 13:40 WIB
Keajaiban Hana Lolos dari Serial <i>Killer</i>
Tersangka pembunuhan berantai Bekasi, Wowon/Net
LOLOS dari pembunuhan serial killer Bekasi, Hana bersaksi di Polda Metro Jaya, Kamis, 26 Januari 2023. Dia ditipu Rp 75 juta oleh Wowon Cs. Ketika protes, dia akan dibunuh, tapi batal gegara hujan deras.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Hana salah satu saksi penting di perkara serial killer Wowon Cs. Para terdakwa, Wowon, Solihin, Dede, sudah menyiapkan pembunuhan Hana. Tapi gagal.

Seperti diberitakan peran tiga tersangka: Wowon marketing dukun pengganda uang. Solihin eksekutor pembunuh pasien yang protes. Dede penerima pembayaran.

Ada yang transfer bank ke rekening Dede, ada yang melalui Western Union, karena klien TKW di luar negeri. Pencairan oleh tersangka di Kantor Pos.

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Indrawienny Panjiyoga kepada wartawan, Kamis (26/1) menjelaskan isi kesaksian Hana. Identitas Hana tidak diungkap detail, demi keamanan

Dipaparkan, Hana warga Cianjur, mantan TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Arab Saudi. Dia salah satu pasien trio dukun Wowon, Solihin, Dede. Polisi menyebutnya sebagai korban ke-10 pembunuhan, tapi gagal dibunuh.

Selama bekerja di Saudi, Hana dua tahun rutin mentransfer gajinya ke rekening Dede. Total Rp 75 juta. Untuk digandakan. Karena Hana mendapat info dari teman-temannya, bahwa Wowon Cs bisa menggandakan uang sepuluh kali lipat.

Ternyata itu penipuan. Wowon CS cuma janji-janji kosong. Pertengahan Desember 2022 Hana pulang ke Indonesia. Ke kampungnya di Cianjur. Lalu mendatangi rumah Dede di Cianjur. Hana protes.

Panjiyoga: "Saksi Hana menuntut mengenai hasil penggandaan uang ke rumah Dede di Cianjur. Namun pada saat itu tidak ada kepastian. Sehingga kemudian Hana kembali pulang."

Dua hari kemudian Hana terima SMS dari Dede. Isinya, penggandaan uang Hana sudah sukses. Uang Hana dismpan Solihin. Hana diminta datang lagi ke rumah Dede, untuk kemudian diantar Dede ke rumah Solihin. Mengambil duit.

Ditentukan Dede, Hana diminta datang pada 28 atau 29 Desember 2022. Jangan sampai telat. Duitnya sudah siap.

Sebernarnya, seperti dituturkan penyidik hasil interogasi para tersangka, undangan kepada Hana itu undangan kematian. Solihin berperan sebagai eksekutor. Dan, para tersangka sudah menyiapkan skema pembunuhan.

Tak disangka, di dua hari itu Cianjur diguyur hujan lebat. Pastinya, Hana sudah siap berangkat ke rumah Dede. Dia membayangkan, duitnya digandakan jadi Rp 750 juta. Tapi hujan menggagalkan niatnya.

Esoknya, dan esoknya lagi, Hana ada urusan. Tidak sempat ke rumah Dede.

Hana mendatangi rumah Dede pada Minggu, 8 Januari 2023.

Ternyata Dede tidak di rumah. Kata orang di rumah itu, Dede sudah sepekan tidak pulang. Katanya, berada di Bantar Gebang, Bekasi. Maka, Hana pulang tangan hampa.

Belakangan diketahui, pada 8 Januari 2023 Dede berada di Ciketing Udik, Bantar Gebang, Bekasi. Dia di sana bersama Wowon dan Solihin, menyiapkan pembunuhan dengan cara diracun terhadap Ai Maemunah, istri ke-6 Wowon.

Maemunah, waktu itu, akan dibunuh bersama tiga anaknyi: Ridwan Abdul Muiz (18) dan Muhamad Ruswandi (15) anak Maemunah dari suami terdahulu bernama Didin. Dan, Neng Ayu (5) anak Maemunah dengan Wowon.

Neng Ayu selamat, karena hanya minum sececap kopi pestisida. Tiga lainnya tewas.

Panjiyoga: "Diketahui dari keterangan Dede, bahwa terkait kedatangan Hana pada 28-29 Desember 2022 itu adalah rencananya akan dieksekusi oleh Solihin alias Duloh."

Lantas, bagaimana Hana bisa percaya mentransfer uang Rp 75 juta selama dua tahun?

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kepada wartawan, Rabu (25/1) menjelaskan, Wowon jago tipu. Ia melakukan semacam sulapan di depan calon klien, agar percaya.

Caranya, disiapkan tim dukun itu menyiapkan amplop. Lalu, calon klien disuruh memasukkan uang, Rp 10.000 ke amplop. Kemudian, setelah bergaya dukun melakukan ini-itu, amplop dibuka: Isinya Rp 100.000.

Trunoyudo: "Jadi, tersangka memang meyakinkan korban sehingga mau menyerahkan barang atau uang. Serangkaian penipuan dan kebohongannya direkeyasa sedemikian rupa. Tersangka mencontohkan menggandakan uang dari jumlah sepuluh ribu menjadi seratus ribu dalam amplop."

Setelah satu-dua orang percaya, cerita itu lantas menyebar. Sehingga trio dukun ini terkenal sebagai pengganda uang. Sasaran mereka adalah para TKW.

Hana mengetahui trio dukun Wowon Cs dari temannya sesama TKW bernama Siti (sudah dibunuh Wowon Cs dengan cara diceburkan ke laut).

Kalau pasien protes karena pasti penggandaan uang gagal, maka dibunuh.

Korban TKW yang sudah protes dan dibunuh ada dua: Siti dan Parida. Siti diceburkan ke laut di Bali (bukan di Surabaya seperti ditulis sebelumnya). Parida dibunuh di Cianjur.

Tapi, korban penipuan para tersangka, ada belasan TKW. Polisi masih menyidik lebih dalam.

Trunoyudo: "Empat orang korban, semuanya TKW bisa kita hubungi di luar negeri. Kemudian beberapa orang sudah kembali ke Indonesia dan akan segera ke Polda Metro Jaya tiga orang. Sisanya kami cari, kami hubungi keluarganya untuk mencari keberadaan korban penipuan ini."

Hana ketika berada di Polda Metro Jaya, tidak sempat diwawancarai wartawan. Mungkin dia trauma, karena nyaris dibunuh. Pastinya dia bersyukur.

Korban selamat dari serial killer, suatu keajaiban. Tentu, dia belum saatnya mati.

Howard G. Chua-Eoan dalam tulisannya bertajuk: "Top 25 Crimes of the Century: Richard Speck, 1966". Dimuat Time, 15 Januari 2010, mengisahkan, perawat asal Filipina di Chicago, Amerika Serikat (AS), bernama Corazon Amurao (waktu itu usia 24) selamat dari serial killer, Richard Benjamin Speck.

14 Juli 1966 malam, di asrama perawat yang bekerja di South Chicago Community Hospital, AS, Speck masuk sendirian. Ia membawa pistol dan pisau daging yang diselipkan di balik jaket. Niatnya sudah jahat.

Asrama itu dihuni delapan perawat wanita. Tapi, malam itu ada seorang tamu perawat wanita juga, yang main ke asrama tersebut.

Begitu Speck masuk, langsung menyergap, menembak, membacok para perawat di sana. Salah satunya diperkosa dulu, sebelum dibantai, mati.

Para korban tidak bisa lolos, karena gerbang asrama sudah ditutup Speck. Semua korban terjebak.  

Asrama itu banjir darah. Semua penghuninya tewas. Kecuali Corazon Amurao, yang sembunyi di bawah ranjang. Digambarkan, Amurao sekuat tenaga menahan tidak menjerit, saat Speck membantai delapan teman Amurao di sekitar ranjang.

Akhirnya kondisi sepi, semua korban mati, Speck menghitung para korban. Benar, ada delapan. Ia sudah tahu, asrama tersebut dihuni delapan perawat. Setelah puas mengamati korban tewas, ia keluar meninggalkan asrama.

Corazon Amurao, bagai dapat nyawa cadangan, keluar dari asrama esoknya 15 Juli 1966 pukul 06.00. Dia langsung lapor polisi. Segera polisi datangi TKP. Wartawan bergerombol.

Peristiwa itu menghebohkan Amerika. Bahkan, sampai puluhan tahun kemudian masih digunjing orang Amerika. Masih diberitakan Times, Kamis, 1 Maret 2007 (49 tahun kemudian) dengan tajuk: "Crimes of the Century"

Pelaku adalah Richard Speck, saat itu usia 24 tahun. Gelandangan yang lahir di Illinois, dibesarkan di Texas, mengembara dari kejahatan kecil ke kejahatan kecil dan dari bar ke bar.

Di usia 19, ia bertato bertuliskan "Born to Raise Hell" di lengan. Semua korbannya dipuji sebagai orang suci, orang yang telah mengabdikan hidup mereka untuk membantu orang lain.

Speck ditangkap polisi berkat laporan Corazon Amurao. Di persidangan, Juri memutuskan Speck bersalah. Hakim menjatuhkan vonis hukuman mati di kursi listrik.

Ketika Speck masih dipenjara, menunggu eksekusi mati, pada 1972 Mahkamah Agung AS menyatakan, hukuman mati tidak konstitusional. Lalu hukuman mati dihapus.

Bagaimana dengan Speck? Hakim mengubah hukuman mati jadi hukuman penjara 400 tahun, tanpa pembebasan bersyarat. Artinya, ia akan dipenjara sampai mati.

Speck meninggal di penjara pada 1991.

Tidak ada keluarga yang mengklaim jasad Speck. Akhirnya oleh negara jasadnya dibakar. Abunya ditebarkan begitu saja di dekat penjara.

Tentu, Hana beda dengan Amurao. Tapi mereka sama-sama nyaris mati dibunuh serial killer.

Polda Metro Jaya kini masih terus berusaha mengungkap serial killer Bekasi, dengan menghubungi para korban penipuan. Bisa jadi, masih ada calon korban mati seperti Hana. rmol news logo article

Penulis adalah Wartawan Senior
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA