Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Piala Dunia dan Kontra Narasi Islam

OLEH: KH JAMALUDDIN F HASYIM

Rabu, 21 Desember 2022, 02:57 WIB
Piala Dunia dan Kontra Narasi Islam
Lionel Messi merayakan kesuksesan Argentina meraih trofi Piala Dunia 2022/Net
BILA ajang Piala Dunia adalah even, siapa yang banyak mendapat manfaatnya?

Bila ajang Piala Dunia adalah pertandingan, pemenangnya tentu saja Argentina. Meskipun ada yang bilang Qatar, karena dua pemain inti Argentina, Messi dan Mbappe, merupakan pemain PSG yang dimiliki Qatar.

Bahkan melihat mereka berasal dari klub Prancis, maka pertandingan melawan Prancis seperti laga dalam negeri saja.

Bila ajang Piala Dunia adalah even bisnis, tentu Qatar yang banyak "nanggok" cuan.

Namun bila ajang Piala Dunia sebagai ruang pencitraan, maka agama Islam dan bangsa Arab, tidak hanya Qatar, yang diuntungkan.

Bahkan kampanye Barat soal isu pelanggaran HAM di balik persiapan Piala Dunia oleh Qatar, maupun kampanye LGBTQ, dan isu lainnya, gagal total.

Yang mengkounter pencitraan negatif Barat tersebut, seperti biasanya kepada dunia Islam, justru warga asing yang datang di sana dan mereka rata-rata nonmuslim.

Justru di sini menariknya. Ajang Piala Dunia kali ini terjadi banyak pembalikan atas tradisi Piala Dunia selama ini.

Dimulai dari bahwa ini Piala Dunia pertama di negeri Arab, bahkan negeri muslim. Kesempatan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Qatar untuk memperkenalkan (atau kontra narasi) tentang Islam yang ramah, toleran, dan penuh welas asih.

Banyak video menceritakan bagaimana digambarkan para penonton warga negara asing mendapatkan penyambutan dan pelayanan yang mereka gambarkan belum pernah terjadi.

Di sekitaran stadion, penduduk setempat berebut membagikan makanan dan menyediakan rumahnya sebagai tempat menginap. Situasi ini membawa kesan manis bagi warga asing yang hadir di sana.

Kedua, efek samping berikutnya adalah pemahaman terhadap agama Islam yang diperoleh langsung dari tangan pertama, yaitu kaum muslim Qatar.

Banyak ketertarikan terhadap Islam, ajarannya, ritualnya, termasuk azan yang bagi warga asing sesuatu yang menarik.

Citra Islam di negeri itu adalah orang-orang yang ramah, santun, suka menolong, dermawan, dan sosok negeri yang sangat makmur dan kaya. Islam hadir dalam wajah terindah saat ini di Qatar, tentu itu patut disyukuri.

Namun, Qatar juga sejak awal menyatakan prinsip keislamannya, sehingga inilah pertama kali Piala Dunia tanpa alkohol. Digambarkan nyaris tidak ada bentrok antarsuporter. Efeknya, banyak dari warga asing tersebut yang akhirnya bersyahadat masuk Islam.

Ketiga, kesan positif terhadap muslim juga disumbang oleh negeri Maroko, yang pemainnya digambarkan sangat religius dan penuh nilai kekeluargaan, di mana pemainnya menghampiri dan memeluk ibunya saat meraih kemenangan. Sesuatu yang oleh pengamat Barat digambarkan sudah hilang dari mereka.

Pemain mereka kebanyakan menampilkan gadis-gadis seksi pacarnya dan berpesta kemenangan dengannya, saat orang tua mereka justru tinggal di panti jompo.

Maroko tiba-tiba menjadi pahlawan bangsa Arab yang penampilannya disaksikan secara antusias dan penuh doa dari seluruh negeri-negeri Muslim.

Piala Dunia telah berakhir. Namun, kenangan manis masih sangat terasa dimana-mana.

Bagi Barat, kontra narasi kampanye negatifnya terhadap dunia Islam di ajang tersebut mungkin mengecewakan.

Namun, warga dunia semakin lama makin melek bahwa Islam tidak buruk sebagaimana selalu diberitakan.

Semoga ke depan umat muslim bisa semakin menunjukkan keindahan Islam ini sehingga cahaya Islam makin bersinar ke penjuru dunia. rmol news logo article

Penulis adalah Ketua KODI DKI Jakarta/ Pengasuh Pesantren Al-Aqidah Al-Hasyimiyah
EDITOR: AGUS DWI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA