Bekicot sungguh terkejut, ketika pemerintah menjulurkan tangan terlebih dahulu untuk bersalaman. Pemerintah tentu saja tidak kenal, karena prosedural acara itu sengaja dikondisikan dan diatur oleh protokoler istana dan Paspampres.
Sebelumnya, pada tahun 1984 dalam rangkaian acara peringatan kemerdekaan NKRI, sebagai salah satu peserta rombongan para teladan dan juara, kemudian bekicot juga mengalami kejadian kilas mundur yang sama, yaitu bekicot diajak bersalaman dengan HM Soeharto, para menteri, termasuk dengan almarhum Prof Burhanuddin Jusuf Habibie dalam sebuah acara ramah-tamah. Menghadiri pidato peringatan kemerdekaan NKRI dan pengantar nota keuangan dan RAPBN di Gedung MPR DPR Senayan Jakarta.
Ketika itu bekicot beberapa kali mengantuk tertidur dalam mendengarkan pidato HM Soeharto. Bahasa langitan itu tidak dipahami oleh bekicot. Tidak menyangka 24 tahun kemudian, bekicot mulai mengerti setiap pidato langitan tersebut ketika hampir setiap hari kerja bekicot duduk di balkon menonton dialog, perdebatan, pidato, dan pantun dari para wakil rakyat di Senayan Jakarta sejak bulan Mei tahun 2008.
Bekicot senang bersalaman dengan pemerintah, karena bekicot biasanya tidak punya teman. Gatot Subroto yang menjadi teman bekicot sudah meninggal dunia. Ketika itu bekicot meminta, agar Prof Parulian Hutagaol bersedia mengampuni Gatot Subroto, yang datang terlambat pulang ke kampus.
Gatot Subroto macet terjebak dalam tugas sebagai duta Kemendikbud di Australia. Prof Wilson Holomoan Limbong dan Prof Firdaus bersedia memberikan kesempatan untuk menguji Gatot Subroto, antara lain, karena bekicot memintakan pengampunan untuk memberikan kesempatan kepada Gatot Subroto dengan dalih bekicot tidak punya teman. Tidak enak ada teman yang tidak lulus sekolah formal terakhir, yaitu sekolah doktor di UI kampus Bogor.
Berkaca dari kisah perjalanan hidup Gatot Subroto, Gatoet Sroe Hardono, dan Wini Nahraeni, maka bekicot sungguh tidak ingin kehilangan teman baru yang bernama pemerintah. Sebab, dahulu pemerintahan HM Soeharto berakhir setelah goncangan perilaku kenaikan harga tinggi daripada BBM.
Akan tetapi, “teman†bekicot satu dosen pembimbing dari Prof Bonar Marulitua Sinaga, yaitu Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai pemerintah berhasil 2 kali lolos dari tekanan goncangan kenaikan harga BBM tinggi.
Sekarang mahasiswa dan serikat pekerja rajin menolak kenaikan harga BBM mengikuti irama gendang bertalu-talu dari pemodelan tragedi
Arab Springs.
Peneliti Indef, yang juga pengajar Universitas Mercu Buana
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: