Sebuah penelitian singkat terhadap sejarahnya akan mengungkapkan bahwa pada hari Asyuro, terjadi sebuah tragedi yang sangat menyayat hati. Kepedihan yang digugah oleh peristiwa pada hari ini melampaui semua cerita-cerita lain tentang bulan Muharram.
Pada hari kesepuluh bulan Muharram, cucu Nabi Muhammad SAW yang bernama Al-Husain, dibantai beserta 72 sahabat dan kerabat keluarganya di Karbala, Irak, atas perintah Khalifah Yazid, seorang penguasa yang zalim.
Kepalanya dipenggal dan ditancapkan di atas tombak, dan diarak keliling kota. Sungguh peristiwa yang sangat menyedihkan, mengingat bahwa hal ini semua terjadi kurang dari 50 tahun sepeninggal Nabi Muhammad SAW, terhadap cucunya sendiri yang sangat beliau cintai.
Mengapa masih banyak orang terutama di kalangan umat Islam sendiri yang alergi dengan kisah tersebut? Itu karena rezim-rezim penindas di dunia ini tidak ingin umat manusia mempelajari perjuangan Al-Husain melawan rezim penindas di zamannya.
Ini karena seandainya semangat pengorbanan Husain tertanam dalam jiwa manusia, pasti kekuasaan mereka akan runtuh!
Ratusan tahun yang lalu, para kapitalis ingin mengeruk sumber daya alam Indonesia, tetapi perjuangan Al-Husain menginspirasi perlawanan, perjuangan terus-menerus hingga akhirnya negara kita mencapai kemerdekaan.
Peringatan atas pengorbanan Al-Husain tampak hingga masa kini pada peringatan Suro di Jawa, Tabuik di Sumatera Barat dan Tabot di Bengkulu.
Para pendakwah di zaman dahulu menyadari bahwa untuk mencapai kemerdekaan, umat manusia harus belajar dari perjuangan Al-Husain. Begitu pula pahlawan India Mahatma Gandhi, yang berkata “aku belajar dari Husain bagaimana cara mencapai kemenangan dari ketertindasanâ€.
Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriah.
Penulis adalah Ketua Relawan Kesehatan Indonesia
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: