Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (15)

OLEH: BUDI PURYANTO*

Rabu, 27 Juli 2022, 07:50 WIB
Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (15)
Dutabesar RI untuk Spanyol, Dr Muhammad Najib/Net
DUTABESAR RI untuk Spanyol, Dr Muhammad Najib mengatakan bahwa berbagai bermacam industri yang berbasis ilmu kimia dan fisika juga berkembang maju di zaman kejayaan Islam. Seperti penemuan parfum, sabun, pembuatan berbagai kerajinan tangan berbasis pengolahan, besi, tembaga, timah, menjadi berbagai bentuk peralatan rumah tangga, jendela dan lampu warna-warni yang dikombinasi dengan kaca.

Pelopor Industri Parfum dan Aromaterapi


Sekarang memang parfum begitu identik dengan kota Paris, Prancis. Di kota mode itulah sentra industri parfum dan kosmetik kini berada.

Namun bila kita mempelajari sejarah, sejatinya, sejak abad ke-8 M, khususnya pada masa keemasan peradaban Islam era Dinasti Abassiyah, industri parfum telah berkembang sangat pesat.

Sementara masyarakat Eropa baru mengenal parfum dan teknik pembuatannya sekitar abad ke-14 M atau enam abad setelah parfum berkembang pesat di dunia Islam.

Dunia Islam berkontribusi besar dalam memperkenalkan proses ekstrasi wewangian melalui teknologi distilasi uap yang telah dikembangkan para ilmuwan Islam sejak abad ke-8 M. Industri parfum modern di dunia Barat pun banyak mengadopsi bahan ramuan parfum yang telah dikembangkan para ahli kimia Muslim.

Adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa kebudayaan Islam telah memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan industri parfum di dunia Barat.

Dominasi dunia Islam dalam mengembangkan parfum di era keemasan ditopang dengan perekonomian masyarakatnya yang bertumpu pada pedagangan. Bangsa Arab dan Persia yang banyak menjadi saudagar kerap berkeliling dan menjelajahi dunia. Tak heran, bila mereka mengenal dan menemukan beragam jenis tanaman serta bahan-bahan mewangian di sentero dunia.

Mereka lalu membawa pula tanaman yang mereka temukan dan mengembangkannya di luar daerah aslinya. Dua tanaman yang dikembangkan umat Islam di era kejayaan untuk dijadikan bahan parfum adalah melati yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara serta jeruk yang berasal dari Asia Timur.

Hingga kini, keduanya masih menjadi bahan yang sangat penting dalam industri parfum modern. Industri parfum tumbuh pesat di dunia Islam, karena Rasulullah SAW menganjurkan seorang Muslim untuk mengunakan wewangian ketika akan shalat Jumat.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Mandi, memotong kuku, mencabut bulu-bulu tak perlu, memakai siwak, mengusapkan wewangian (parfum) sebisanya pada hari Jumat dianjurkan pada setiap laki-laki yang telah baligh.”

Hadis itu mendorong para ilmuwan Islam untuk mengeksplorasi dan mengembangkan serta memproduksi parfum dalam jumlah yang besar.

Al-Zahrawi

Salah satu ilmuwan Islam yang memberikan kontribusi mengembangkan teknologi industri pembuatan parfum pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah yaitu Imam Al-Zahrawi atau dikenal barat sebagai Abulcasis, dia salah satu penemu wewangian yang kita kenal sebagai parfum saat ini.

Dia mengupas bidang kosmetika serta berjasa dalam bidang tersebut. Seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut hingga parfum merupakan salah satu hasil karya Al-Zahrawi

Imam Al-Zahrawi juga ilmuwan yang terkemuka dalam bidang kedokteran. Karyanya Al-Tasrif menjadi rujukan utama Eropa dalam bidang kedokteran selama 5 abad pertengahan.

Jabir Ibnu Hayyan


Perkembangan pesat industri parfum ditopang oleh dua ahli kimia Muslim, Jabir Ibnu Hayyan dan (722-815) serta Al-Kindi (lahir 801 M). Kedua ilmuwan itulah yang mendirikan industri parfum di dunia Islam.

Jabir Ibnu Hayyan yang dikenal sebagai ‘Bapak Kimia Modern’ ini mengembangkan beberapa teknik, termasuk penyulingan (distilasi), penguapan (evaporation), dan penyaringan (filtrasi).

Ketiga teknik itu mampu mengambil aroma wewangian dari tumbuhan dan bunga dalam bentuk air atau minyak.

Jabir Ibnu Hayyan lebih banyak berbicara tentang teknologi penyulingan minyak atsiri. Semua penemuannya itu dituliskannya dalam Summa Perfectionis. Dalam kitab itu, Jabir menjelaskan teknologi penyulingan ciptaannya dalam beberapa bab.

Al-Kindi


Teknik dan metode dasar yang diletakkan oleh Jabir itu dikembangkan al-Kindi. Ia melakukan riset dan eksperimen dengan lebih cermat. Al-Kindi mencoba mengombinasikan beragam tanaman dan bahan-bahan lain untuk memproduksi beragam jenis parfum dan minyak wangi.

Ilmuwan Muslim asal Kufah, Irak, itu pun berhasil menemukan sekitar 107 metode dan resep untuk membuat parfum serta peralatan pembuatannya.

lmuwan kelahiran Irak itu disebut-sebut sebagai pendiri industri parfum yang sebenarnya. Karena semasa hidupnya Al-Kindi melakukan penelitian yang luas serta beragam eksperimen untuk menggabungkan beragam tanaman dan aneka bahan lainnya untuk meproduksi beragam wewangian.

Al-Kindi juga mengelaborasi beragam resep untuk membuat parfum, kosmetik dan obat-obatan. Parfum floral yang dikembangkan Umat Islam itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat Eropa antara abad ke-11 dan 12 M melalui jalur perdagangan.

Hal itu dikuatkan dengan catatan pada Pepperers Guild of London yang bertarikh 1179 M yang menyebutkan bahwa orang Eropa melakukan transaksi bahan-bahan parfum serta rempah-rempah dengan pedagang Muslim.

Sementara itu, Orang Eropa baru mengenal cara dan teknik pembuatan baru pada abad ke-14 M. Mereka mengetahuinya dari masyarakat Muslim di semenajung Arab yang terlebih dahulu mengembangkan industri parfum.

Kimiawan Muslim dari abad ke-12, al-Isybili, mengungkapkan, pada masa kejayaan Islam terdapat tak kurang dari sembilan buku teknis dan pedoman bagi pengelola industri parfum.

Meski begitu, kitab tentang pengolahan minyak wangi atau parfum yang masih tersisa hanyalah “Kitab Kimiya’ al-‘Itr” (Book of the Chemistry of Perfume and Distillations) karya al-Kindi.

Buku ini berisi ratusan resep tentang wewangian seperti parfum, salep, air aromatik, hingga resep dari tanaman kapur barus juga ia tulis dalam karya monumentalnya itu. Dia juga memberikan resep paling awal untuk produksi kapur barus.

Al-Kindi digambarkan sebagai orang yang memiliki minat besar pada parfum dan produk beraroma. Dia melakukan penelitian ekstensif di bidang ini dan melalui eksperimen berhasil mengekstraksi sejumlah parfum.

Ilmuwan muslim yang hidup era Daullah Abbasiyah itu dinilai memberikan kontribusi besar dalam dunia wewangian. Ia sosok yang berdedikasi dalam pengembangan produk parfum.

Eksperimen yang dilakukannya terhadap berbagai jenis tanaman dan bunga itu pun akhirnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kosmetik dan farmasi.

Al Kindi pun diakui dunia sebagai bapak “wewangian” modern.

Ibn al-Baitar


Ilmuwan muslim yang juga turut memberikan sumbangsihnya dalam dunia aromaterapi ialah Ibn al-Baitar yang hidup pada tahun 1188 sampai 1248. Ia menjelaskan tentang air mawar dan juga air jeruk.

Ibn al-Baitar juga menulis Kitāb al-mughnī fī al-adwiya al-mufradaa sebuah ensiklopedia ilmu kedokteran Islam. Di dalamnya berisi penjelasannya tentang manfaat tanaman dalam dunia pengobatan.

Ibnu Sina


Ilmuwan muslim era Abbasiyah yang juga turut berjasa dalam pengembangan dunia aromaterapi ialah Ibnu Sina. Ia memperkenalkan tentang proses ekstraksi minyak dari bunga melalui penyulingan, prosedur yang paling umum digunakan saat ini.

Kepeloporan ilmuwan muslim

Peradaban Islam selalu berdiri sebagai pelopor dalam berbagai temuan modern, termasuk pengembangan parfum an aromaterapi. Kepeloporan kaum muslimin ini diakui oleh Sejarawan Sains Barat, Marlene Ericksen dalam karyanya Healing with Aromatherapy.

Para ilmuwan muslim yang dimaksud adalah al-Kindi, Jabir Ibnu Hayyan, Ar-Razi dan Ibnu Sina, Al-Zahrawi.Dedikasi mereka membuat mereka menjadi ilmuwan besar yang diakui dunia.

Para ilmuwan muslim dinilai telah berhasil dalam memanfaatkan senyawa aromaterapi dari tumbuhan.Keberadaan minyak atsiri yang berasal dari tumbuhan hingga kini sangat diakui khasiatnya. Minyak atsiri menjadi solusi terbaik untuk bebas racun dengan menggunakan bahan organik.

Dedikasi dan keahlian para ilmuwan muslim era keemasan Islam itu diabadikan dalam berbagai kitab-kitab mereka, yang akhirnya dipelajari dan dikembangkan oleh bangsa Eropa.

Jadi, kalau Paris berkembang menjadi kota parfum seperti sekarang, ini semacam duplikasi dan pengulangan apa yang terjadi dikota-kota dunia Islam seperti Baghdad,Kordova, dan kota-kota besar lainnya di dunia Islam, di abad pertengahan yang lalu. rmol news logo article

*Penulis adalah wartawan senior

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA