Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (14)

OLEH: BUDI PURYANTO*

Senin, 25 Juli 2022, 09:56 WIB
Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (14)
Dubes RI untuk Spanyol, Muhammad Najib/Net
DR. Muhammad Najib menyatakan, warisan peradaban Islam dari abad pertengahan sangat banyak. Para ilmuwan melakukan rintisan dalam banyak cabang ilmu seperti optik, astronomi, kedokteran, robot, kimia,fisika, matematika, musik, dan sebagainya.

Abbas Ibnu Firnas, pelopor penerbangan dunia


“Juga rintisan manusia terbang sebagai cikal bakal pesawat terbang dimulainya di Andalusia. Abbas Ibnu Firnas yang merintis dan memelopori bidang kedirgantaraan ini. Temuannya diakui dunia, dan menjadi rujukan dalam ilmu penerbangan modern,” kata Muhammad Najib.

Abbas Ibnu Firnas. Nama pria asal Andalusia ini melegenda, diabadikan dalam sejarah sebagai pelopor penerbangan dunia.

Namanya kini diabadikan sebagai nama bandara di kota Baqdad, Iraq: Ibn Firnas Airport. Di sana, ada patung dirinya yang mengenakan sayap.

Ia juga diabadikan sebagai nama kawah di bulan oleh lembaga antariksa Amerika, National Aeronautics and Space Administration (NASA), dengan nama Armen Firman, nama lain dari Ibnu Firnas.

Ia dikenal sebagai pionir penciptaan parasut dan pesawat glider. Dia juga menciptakan jam air, kompilasi tebel gerak palnet, dan Teori Ornithopter yang menjadi rujukan dalam dunia penerbangan hingga saat ini.

Menurut John Hill dalam Andalucia: A Cultural History (2008), Abbas diperkirakan lahir pada 810 M di Ronda, Malaga, Andalusia (Spanyol), atau pada masa pemerintahan Kesultanan Abdurrahman Al-Ausath atau Abdurrahman II bin Hakam.

Dia memang hidup dan dibesarkan dalam peradaban Islam di Andalusia yang sedang mekar dan mencapai puncak kebesarannya.

Jam air


Ibnu Firnas adalah tipe ilmuwan multi talenta. Dia tumbuh sebagai penyair, ahli musik, sekaligus ahli matematika, fisika, kimia, dan teknik. Dia pernah membuat jam air yang dinamai Al-Maqata dan kaca berbahan pasir.

Kompilasi tabel gerak planet


Menurut Ana Ruiz dalam Vibrant Andalusia: The Spice of Life in Southern Spain (2007), “Ia juga membuat kompilasi tabel gerak planet. Ia begitu kreatif dan serbabisa. Abbas punya reputasi sebagai seorang yang eksentrik dengan bermacam minat dan penemuan.”

Mimpi terbang

Terbang adalah mimpi manusia sejak duhulu kala. Banyak legenda mengisahkan hal ini. Salah satu orang yang berupaya mewujudkannya mimpi itu ialah Abbas Ibnu Firnas.

Ia hidup 600 tahun lebih dulu ketimbang Leonardo Da Vinci (abad ke-15), jenius yang juga ingin terbang.

Dalam kiprahnya yang luas di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, Abbas punya sumbangan cemerlang yang diakui secara luas, termasuk oleh dunia Barat.

Firnas mengembangkan peneliitan dalam penerbangan. Disamping untuk mengembangkan alat terbang, dia bermaksud untuk mengungkap rahasia ciptaan Allah SWT, seperti yang disebutkan dalam Surat Al-Mulk ayat 19, “burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya”.

Dia ingin bisa terbang layaknya burung.

Parasut


“Pada tahun 852, ia melompat dari menara masjid dengan jubah besar. Beberapa orang menganggapnya sebagai parasut pertama,” tulis John Hill.

Pada Perang Dunia II di Eropa, parasut-parasut—yang pada mulanya cuma satu pikiran gila dalam kepala Abbas Ibnu Firnas—mengantarkan pasukan penerjun ke garis belakang pertahanan lawan.

Baik pihak Sekutu maupun Poros memanfaatkannya. Sedangkan glider pada masa itu bahkan telah sanggup mengantar orang menyebrangi lautan, dari Inggris ke daratan Eropa.

Menurut tulisan Steve Pitt, dalam Day of the Flying Fox: The True Story of World War II Pilot Charley Fox (2008), percobaan gila itu membuat Abbas bonyok di sana-sini, tetapi nyawanya selamat.

Pesawat glider


Abbas tidak puas. Ia kemudian membuat “mesin” terbang sederhana berupa sayap berangka kayu: sebuah glider. Alat itu ia ciptakan berdasarkan pengamatannya terhadap burung-burung.

“Pada tahun 875, ketika berumur 65 tahun, Abbas lepas landas dari sebuah bukit kecil dekat Kordoba dengan mengendalikan secara sederhana glider bersayap yang melayang beberapa ratus meter sebelum berbalik ke tempat peluncurannya untuk mendarat, di mana kemudian ia terjungkal,” tulis John Hill.

Teori ornithopter


Dari uji terbang ini, dia menyadari bahwa struktur ujung ekor adalah bagian penting untuk pendaratan sekaligus kemudi, mirip dengan ekor burung untuk mengurangi kecepatannya.

Maka, ia melengkapi glider-nya dengan ekor. Belakangan konstruksi ekor ini merupakan kontribusi besar Ibnu Firnas pada dunia penerbangan.

Teori ini kemudian dinamakan ornithopter, dan saat ini digunakan sebagai standar dalam perancangan struktur pesawat terbang.

Rupanya, penambahan itu memudahkan Abbas mengendalikan glider sekaligus melakukan pendaratan.

Ia juga memperbaiki bentuk parasutnya sehingga alat itu mengurangi kecepatan jatuh pemakainya secara signifikan.

“Dia (Firnas) sengaja menyelubungi dirinya dengan bulu-bulu burung, menautkan sepasang sayap ke badannya, dan, meraih kemashyuran, melemparkan dirinya ke udara,” tutur Penerbang legendaris AS sekaligus pendiri Learjet, John Lear, dalam artikelnya bertajuk ‘Was Ibn Firnas the First Human Flyer?’ yang dimuat di New Scientist, 20 April 1961.

“Menurut pengakuan beberapa penulis yang terpercaya yang menyaksikan pertunjukan itu, dia terbang dengan jarak signifikan, seolah-olah dia adalah burung,” lanjut dia.

“Namun pada saat mendarat di tempat semula, dia mengalami cedera parah pada punggungnya,” tuturnya, mengutip guru besar sejarah di University of California Lynn White Jr.

Untuk diketahui, burung mengepakkan sayapnya untuk memanfaatkan daya dorong saat terbang. Ketika seekor burung mengubah posisi sayapnya membentuk sudut serang atau angle of attack, hasilnya menciptakan gaya angkat.

Ketika burung mendarat, seekor burung biasanya mengubah posisi sayap dan ekor. Ini berfungsi sebagai kemudi untuk bermanuver dan mengurangi kecepatan di udara.

Di lain sisi, pesawat modern saat ini mengikuti gerakan burung dengan mengubah posisi pendaratan dengan mengatur posisi sayap untuk mengurangi gaya dorong. Sedangkan ekor pesawat digunakan untuk bermanuver dan memberikan stabilitas.

Menginspirasi dunia


Kisah Abbas yang mencoba terbang itu direkam sejarah, lalu menyebar jauh ke masa-masa berikutnya, termasuk Eropa abad pertengahan.

Besar kemungkinan, Abbas menginspirasi ahli penerbangan Inggris pada abad ke-11, Eilmer of Malmmesbury.

Demikianlah ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang, setiap temuan mengandung temuan-temuan sebelumnya, baik yang berhasil maupun yang gagal.

Beberapa abad setelah Da Vinci, pada permulaan abad ke-20, Wright bersaudara berhasil menerbangkan pesawat mereka yang lebih sempurna daripada mesin-mesin terbang era sebelumnya. Parasut juga menjadi semakin canggih.

Sumber Sejarah

Lear mengungkapkan White (guru besar sejarah di University of California Lynn White Jr), mengutip keterangan uji terbang itu dari sebuah buku sejarah satu-satunya yang menjelaskan soal Firnas, yakni Al-Maqqari, Sejarawan Maroko yang meninggal pada 1632.

Sementara, kata dia, para saksi penerbangan Firnas itu tidak, atau setidaknya tak diketahui, meninggalkan catatan penelitian.

“Profesor White akan meragukan keseluruhan cerita jika bukan karena fakta bahwa Al-Maqqari menceritakan sebuah puisi kontemporer yang ditulis oleh Mu’min B. Said, seorang penyair dari Cordoba. Puisi Mu’min merujuk pada penerbangan Ibn Firnas,” urainya.

Ketiadaan catatan sejarah atau bukti ilmiah penerbangan Firnas itu bisa jadi cacat sejarah. Namun, itu tak bisa lepas dari insiden pembakaran sejumlah perpustakaan Andalusia yang memuat manuskrip berharga.

Sejarawan Richard Ovenden, dalam bukunya ‘Burning Books: The History of the Attack on Knowledge’, menyinggung Spanyol sebagai negara yang paling banyak melakukan pembakaran perpustakaan, terutama setelah kejatuhan kekhalifahan Islam.

Ibrahim Ramjaun dari Université Paris Sorbonne Abu Dhabi, dalam artikelnya ‘Libraries in Al-Andalus or Medieval Spain’ menyebut pembakaran perpustakaan itu bukan cuma ulah tentara Salib abad ke-11 hingga 13.

Menurutnya, Spanyol abad pertengahan terus menerus berada dalam ancaman konflik politik, perebutan kekuasaan antar kerajaan Islam, dan antara kerajaan Islam dengan kerajaan-kerajaan Kristen di wilayah itu.

Perpustakaan menjadi sasaran karena dianggap sebagai ancaman potensial karena memainkan peran penting sebagai pusat penyebaran ideologi baru (Wasserstein, 1993).

“Runtuhnya perpustakaan dapat dikaitkan dengan bencana perang saudara di antara umat Islam sendiri, bukan perang Kristen-Muslim,” ucapnya.

Lear mengatakan kabar tentang “peluncuran spektakuler Ibn Firnas berhasil melintasi rute perdagangan lama dari barat ke dunia timur.”

Abbas Ibnu Firnas meninggal dunia pada tahun 887. Ia melalui usia tuanya dalam keadaan menderita sakit punggung, akibat jatuh dalam uji coba penerbangannya.

Nama Firnas pun melegenda. Bandara, maskapai penerbangan, hingga kawah di bulan tak ragu mengabadikan namanya. rmol news logo article

*Penulis adalah seorang jurnalis

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA