Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sutiyoso Racist Bias

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/zeng-wei-jian-5'>ZENG WEI JIAN</a>
OLEH: ZENG WEI JIAN
  • Senin, 30 Mei 2022, 21:40 WIB
<i>Sutiyoso Racist Bias</i>
Sutiyoso/Net
SUTIYOSO mengidap "Unconscious racist bias" waktu pidato soal etnis Tionghoa, TKA, dan Tiongkok.

Menurut University of California, "Unconscious racist bias" adalah "the learned stereotypes about certain groups of people that are formed outside of conscious awareness".

Tiba-tiba jadi peduli buruh. Sudah kaya Ratna Sarumpaet di Kasus Marsinah. Kecemasan palsu soal invansi China. Data ngawur. Just political rhetoric. Alhasil, tone-nya rasis.

Dari hipotesis ngawur soal Xi Jinping puyeng kasi makan 1,5 miliar orang. Akhirnya short cut tempuh "export manusia". Bawa contoh Singapura dan Malaysia yang dikuasai etnis Tionghoa. Ngawur lagi.

Singapura dan Malaysia gak xenophobia. Banyak etnis Banglades, Philiphina, Laos, Tamil berkeliaran di sana. Jadi buruh kasar, waiters cafe, dan penjahat.

Standar kemampuan subjektif Sutiyoso's leadership mau diterapkan ke Comrade Xi Jinping. Ya ngawur. Tiongkok sukses mengangkat 700 juta rakyatnya menjadi middle income. Penduduk Amerika 270 juta orang. Sekarang Tibet zero poverty. Uighur, Xinjiang nyusul. Apanya yang puyeng?

Gak jelaz spektrum mana yang diserang. TKA, taipan atau Pemerintah Tiongkok. Lalu dikaitkan dengan WNI keturunan Tionghoa. Seolah berfungsi sebagai "The fifth column". Pidato Sutiyoso berbahaya. Bisa Menghancurkan proyeksi nasional soal kerukunan, bhineka, dan harmoni.

Sutiyoso sama sekali nggak membuat distingsi di antara variabel tersebut. Gak salah kalau kemudian Armando, Grace, Charles, Paul Zhang dan lain-lain ngerasa tone Sutiyoso racist.

Satu "penjilat" Sutiyoso i.e. Rocky Gerung acting high talks. Nyebut istilah "Geopolitik". Sambil ngatain cebong (pro Jokowi) nggak ngerti begituan. Sombong. Kaya sendirinya paham geopolitik. Kurcacinya Rizal Mallarangeng di masa lalu. Intinya ingin mempertahankan America's neo-colonialism di atas tanah Indonesia.

Gayanya seakan lebih pinter dari Ka-BIN Budi Gunawan. Geopolitik kok cuma ancaman China. Amerika, Jews lobby, negara tetangga, dan Australia nggak disebut.

Padahal, Amerika menambah fighter jet di Military Base Tindal dan Darwin. Tepat di our back yard. Ancaman reroris, extremis sayap kanan middle east lebih mengerikan daripada 30 ribu TKA Tiongkok.

Para penjilat dan Sutiyoso's bootlickers nggak nyambung. Yang dimasalahin adalah konten pidato tanpa persiapan. Dijawab dengan testimoni Sutiyoso nggak rasis.

Di pertemuan young commonwealth leaders and anti-racism campaigners, Prince Harry of England pernah berkata, “when it comes to institutional and systemic racism, it’s there and it stays there because someone somewhere is benefiting from it."

Pertanyaan serupa mesti ditanyakan di kasus slip of the tounge Sutiyoso.

Para penjilat semuanya berasal dari kubu anti Jokowi. Ada niat gak bagus. Setelah gagal ngolah Gatot Nurmantyo. Nah, ada Sutiyoso yang berambisi jadi presiden dan illfel sama pemerintah. Karena gak dikasi posisi.

Bola panas di tangan Sutiyoso. Mau dijadikan kuda kepang extremis ngadrun dan berhadapan dengan pemerintah. Mainkan kartu rasial dan agama. Atau jadi tokoh panutan protektor minoritas dan pluralisme.

It is up to him. rmol news logo article

*Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA