Menurut University of California, "
Unconscious racist bias" adalah "
the learned stereotypes about certain groups of people that are formed outside of conscious awareness".
Tiba-tiba jadi peduli buruh. Sudah kaya Ratna Sarumpaet di Kasus Marsinah. Kecemasan palsu soal invansi China. Data ngawur.
Just political rhetoric. Alhasil,
tone-nya rasis.
Dari hipotesis ngawur soal Xi Jinping puyeng kasi makan 1,5 miliar orang. Akhirnya
short cut tempuh "export manusia". Bawa contoh Singapura dan Malaysia yang dikuasai etnis Tionghoa. Ngawur lagi.
Singapura dan Malaysia gak xenophobia. Banyak etnis Banglades, Philiphina, Laos, Tamil berkeliaran di sana. Jadi buruh kasar,
waiters cafe, dan penjahat.
Standar kemampuan subjektif
Sutiyoso's leadership mau diterapkan ke
Comrade Xi Jinping. Ya ngawur. Tiongkok sukses mengangkat 700 juta rakyatnya menjadi
middle income. Penduduk Amerika 270 juta orang. Sekarang Tibet
zero poverty. Uighur, Xinjiang nyusul. Apanya yang puyeng?
Gak jelaz spektrum mana yang diserang. TKA, taipan atau Pemerintah Tiongkok. Lalu dikaitkan dengan WNI keturunan Tionghoa. Seolah berfungsi sebagai "
The fifth column". Pidato Sutiyoso berbahaya. Bisa Menghancurkan proyeksi nasional soal kerukunan, bhineka, dan harmoni.
Sutiyoso sama sekali nggak membuat distingsi di antara variabel tersebut. Gak salah kalau kemudian Armando, Grace, Charles, Paul Zhang dan lain-lain ngerasa
tone Sutiyoso
racist.
Satu "penjilat" Sutiyoso i.e. Rocky Gerung
acting high talks. Nyebut istilah "Geopolitik". Sambil ngatain cebong (pro Jokowi) nggak ngerti begituan. Sombong. Kaya sendirinya paham geopolitik. Kurcacinya Rizal Mallarangeng di masa lalu. Intinya ingin mempertahankan
America's neo-colonialism di atas tanah Indonesia.
Gayanya seakan lebih pinter dari Ka-BIN Budi Gunawan. Geopolitik kok cuma ancaman China. Amerika,
Jews lobby, negara tetangga, dan Australia nggak disebut.
Padahal, Amerika menambah
fighter jet di
Military Base Tindal dan Darwin. Tepat di
our back yard. Ancaman reroris, extremis sayap kanan
middle east lebih mengerikan daripada 30 ribu TKA Tiongkok.
Para penjilat dan
Sutiyoso's bootlickers nggak nyambung. Yang dimasalahin adalah konten pidato tanpa persiapan. Dijawab dengan testimoni Sutiyoso nggak rasis.
Di pertemuan
young commonwealth leaders and anti-racism campaigners,
Prince Harry of England pernah berkata, “
when it comes to institutional and systemic racism, it’s there and it stays there because someone somewhere is benefiting from it."
Pertanyaan serupa mesti ditanyakan di kasus
slip of the tounge Sutiyoso.
Para penjilat semuanya berasal dari kubu anti Jokowi. Ada niat gak bagus. Setelah gagal ngolah Gatot Nurmantyo. Nah, ada Sutiyoso yang berambisi jadi presiden dan
illfel sama pemerintah. Karena gak dikasi posisi.
Bola panas di tangan Sutiyoso. Mau dijadikan kuda kepang extremis ngadrun dan berhadapan dengan pemerintah. Mainkan kartu rasial dan agama. Atau jadi tokoh panutan protektor minoritas dan pluralisme.
It is up to him.
*
Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: