Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Catatan Pendek Situasi Nasional: Menyelamatkan Indonesia

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/andi-arief-5'>ANDI ARIEF</a>
OLEH: ANDI ARIEF
  • Rabu, 27 April 2022, 06:52 WIB
Catatan Pendek Situasi Nasional: Menyelamatkan Indonesia
Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief (tengah)
APAKAH yang menjadi ukuran sebuah rejim bisa bertahan atau sebaliknya.

Paling tidak ada 6 hal yang bisa menjadi acuan sebagai deteksi awal.

Pertama, pandangan rakyat terhadap situasi politik nasional.
Kedua, pandangan rakyat terhadap kondisi keamanan nasional.
Ketiga, pandangan rakyat terhadap penegakan hukum nasional.
Keempat, pandangan rakyat terhadap pemberantasan korupsi.
Kelima, pandangan terhadap situasi ekonomi nasional.
Keenam, tingkat kepuasan terhadap rejim yang berkuasa.

Survey Indikator Politik (dengan mengambil data gabungan Lembaga Survey Indonesia Djayadi Hanan dan data  SMRC) yang dipublikasi hari ini, menunjukkan ada tren menurun hampir di semua ukuran di atas. Bisa disimpulkan bahwa inilah masa-masa terburuk sejak Rejim Jokowi berkuasa 7 tahun lebih. 10 tahun SBY berkuasa, dengan segala tantangannya, belum pernah ada situasi seburuk ini. Mungkin ada turun naik pandangan rakyat terhadap pemerintahan SBY JK/SBY Boediono, tetapi tidak di semua level.

Masa-masa terburuk atau masa-masa sulit ini apakah mampu diatasi pemerintahan Jokowi atau tidak, kita akan lihat laju sejarah ke depan. Apakah selesai hanya dengan reshufle kabinet seperti selama ini, ataukah bukan lagi masalahnya pada para menteri. Reshufle adalah satu-satunya senjata pemerintahan berkuasa mengubah tren.

Mari kita lihat satu persatu:

A. Hanya 23 persen rakyat yang menganggap situasi politik baik mengalami penurunan 7 persen selama 3 bulan. Sementara 31 persen menganggap buruk di bulan April ini. Dari Februari yang hanya 19 persen menganggap buruk. Bahkan yang menganggap biasa-biasa saja situasi politik juga alami penurunan.

B. Tren Keamanan Nasional

Meski masih 54 persen rakyat yang menganggap baik keamanan nasional, namun kondisinya terus alami penurunan. Dari 63 persen, kini rakyat yang menganggap baik tinggal 54 persen. Kenaikan terjadi pada pandangan rakyat yang meragukan situasi keamanan nasional.

C. Tren Penegakan Hukum

Pemerintahan Jokowi menghadapai persoalan berat dalam masalah keadilan dan penegakan hukum. Hanya 34 persen rakyat yang menganggap penegakan hukum membaik. Terus-menerus turun. Selama berkuasa hanya pernah sekali cukup tinggi yaitu 47 persen. Sementara pandangan rakyat yang menganggap pemerintahan Jokowi buruk dalam penegakan hukum terus naik kini mencapi 29 persen.

D. Tren Penanganan/Pemberantasan Korupsi

April ini rakyat yang menganggap pemberantasan korupsi era Jokowi baik tinggal 29 persen. Sudah terjadi "cross" di mana 38 persen rakyat sudah tidak mempercayai Jokowi memberantas korupsi. Bahkan yang mengnggap biasa-biasa saja penanganan korupsi kini sudah satu paket dengan yang menganggap penanganan korupsi baik.

Kondisi ini cukup krusial, karena bisa saja pandangan rakyat terhadap pemberantasan korupsi era Jokowi tidak dapat dipercaya lagi, bukan pada melindungi kroni dan lingkarannya, namun bisa mengarah pada dirinya.

E. Tren Kondisi Ekonomi Nasional

Jeritan rakyat di akar rumput, UMKM, petani, buruh, kelas menengah baru, para pengusaha dan lain-lain adalah nyata. Pemerintahan Jokowi saat ini hanya dianggap baik oleh 22 persen rakyat. Lebih dari 37 persen rakyat yang menganggap pemerintahan Jokowi gagal dalam membangun ekonomi terburuk sejak 2014. Ketidakpercayaan rakyat ini terjadi terus menurun bahkan terjadi sebelum adanya serangan Covid.

F. Tren Kepuasan pada Jokowi

Dalam 4 bulan terakhir, kepuasan terhadap rejim Jokowi terjun bebas cukup besar yaitu 16 persen. Dari 75 persen awal Januari 2022 menjadi 59 persen bulan April ini. Ini tentunya akumulasi. Saat Soeharto menjelang jatuh 1998, pandangan dan kepuasan rakyat atas kepemimpinannya dalam waktu 4 bulan anjlok tiba-tiba.

Pertanyaannya kemudian, apakah Pak Jokowi masih memiliki jurus ampuh untuk menangani berbagai hal penting dalam kekuasaannya, ataukah akan bertambah buruk sehingga harus menyerah pada keadaan.

Jurus ampuh belum terlihat. Menkeu Sri Mulyani tampaknya sudah bukan lagi super woman seperti dulu. Menkopolhukam Mahfud MD kelihatannya sudah separuh angkat tangan terhadap keadaan seperti pernyataannya di  sebuab video wawancara.

Bagaimana jalan keluarnya mengatasi kebuntuan?

Kita menolak kudeta atau teori orang kuat yang dikemukakan Menkopolhukam.

Masih ada jalan, rembug pemimpin bangsa dan partai yang kini dipercaya rakyat dan ada dalam tangkapan survey itu.

Paling tidak dimulai dari rembug partai politik PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat, PKS, dan Nasdem. Ada tujuh partai yang saat ini masih dipercaya rakyat untuk mencari jalan keluar persoalan kebangsaan ini. Bukan diserahkan pada satu atau dua menteri saja. Bahkan Indonesia masih mempunyai dua aset guru bangsa Ibu Megawati dan SBY.

Libatkan unsur lain yang lebih luas, tokoh oposisi nonparlemen, tokoh masyarakat, rektor, ormas besar dan lain-lain.

Bahkan, rembug penyelamatan negara ini  akan semakin lengkap jika mendengarkan mereka yang dalam survey mendapat kepercayaan rakyat, Prabowo, Anies Baswedan, Ganjar, AHY, Ridwan Kamil, Sandi Uno, Puan Maharani, dan lain-lain. rmol news logo article

Penulis adalah Ketua Bappilu Partai Demokrat. Tulisan ini diselesaikan pada malam ke-25 Ramadhan 1443 H.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA