Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Watak VOC di Tubuh Bangsa Indonesia

OLEH: MUH AKMAL AHSAN

Minggu, 24 April 2022, 06:28 WIB
Watak VOC di Tubuh Bangsa Indonesia
Ilustrasi VOC/Net
“PERJUANGANKU  lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri,” kata Soekarno.

Ujaran monumental Soekarno itu masih terngiang-ngiang di benak kita, kita rapalkan dan berkali-kali didengarkan melalui forum seminar dan motivasi anak muda. Kemerdekaan dalam makna formal memang tidak selalu berbanding lurus dengan kebebasan dalam arti subtansial, negara ini sesungguhnya masih dibayangi hantu penjajahan yang menyeramkan.

Membuntuti semangat anak bangsa untuk maju, menggerogoti usaha kita untuk menjadi sebuah negara yang berdiri di atas kaki sendiri. Sialnya, ibarat musuh dalam selimut, penjajah itu ialah imperalis yang berasal dari dalam tubuh bangsa ini sendiri.

Watak Keserakahan VOC


Adalah Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), sarekat dagang yang dalam ingatan sejarah telah menjadi bibit penjajahan Belanda di Indonesia. Kongsi bisnis itu lahir di Amsterdam di atas hasrat memperkuat kedudukan para pedagang Belanda untuk bersaing dengan bangsa yang lain. Gairah itulah yang kemudian membimbing VOC untuk meletakkan kakinya di bumi nusantara, menjadikan bangsa ini sebagai sebuah area kekuasaan dan monopolinya. Tidak saja itu, VOC bahkan pula membenci kongsi dagang dari bangsa Eropa yang lain.

Pemimpin VOC pertama, Pieter Both mulai membangun kongsi bisnisnya di wilayah Hindia Timur, ia mendirikan pos perdangan di Banten pada kisaran tahun 1610, lalu merangsek masuk ke Jayakarta dan berhasil berkomplot dengan penguasa Jayakarta kala itu. Kelak dari sanalah kemudian Kota Batavia muncul. Batavia direbut dan dari sanalah segala bentuk kebijakan VOC di kawasan Asia dikendalikan.

Nafsu dan keserakahan VOC terus mendidih, mereka membangun pusat-pusat perdagangan di banyak daerah, menduduki pelabuhan-pelabuhan, membangun benteng monopoli perdagangan, memecah belah dan menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia, membunuh pribumi yang melawan. Tidak saja itu, kebengisan VOC tergambar dari eksploitasi alam yang tiada berhenti demi meraup untung pribadi dan golongannya, memonopoli rempah-rempah, memaksa pribumi bekerja dan mengakumulasi keuntungan dari keringat dan darah pribumi.

Nusantara terkepung, terjajah dalam rentan waktu yang lama, bak tanpa harapan, mentalitas sebagian rakyat pada waktu itu melumpuh, mereka tak kuasa melawan keadaan. Penjajahan baik dalam makna ekonomi maupun politik bak suatu takdir yang tak mampu lagi dilawan, nasib yang absolut. Sampai bangsa ini merdeka secara formal, perasaan inferior masih menggenang di jiwa anak bangsa, dalam suasana itulah, elit ekonomi dan politik dari dalam tubuh negara ini justru memanfaatkan keadaan, mereka tampil sebagai kongsi baru, membajak kemerdekaan ,menjajah kawanannya sendiri.

Watak VOC Kini


Saat ini sifat keserakahan VOC tidak pernah terkubur sepenuh-penuhnya. Kongsi bisnis di Indonesia telah menemukan bentuk serakahnya secara terorganisir, mereka kini merupakan oligarki ekonomi yang terkonsolidasi, membajak jalannya pemerintahan. Mari kita amati warisan sifat keserakahan itu dalam beberapa fakta belakangan:

Pertama, kongsi bisnis di Indonesia tekun mengintip kekuasaan, baik di tingkat pusat maupun daerah, melalui Pemilu dan Pilkada, mereka hendak memastikan bahwa pemerintahan berpihak pada nafsu dan hasratnya. Kita tau, pemimpin yang lemah dan oligarki yang kuat adalah perselingkuhan sempurna untuk melahirkan penderitaan rakyat. Praktik itu dijalankan tanpa rasa malu dan iba.

Kedua, sebagian elit ekonomi dan elit politik bangsa ini gemar mengekspolitasi alam dan lingkungan. Ini misalnya dilihat dari timbulnya pembakaran hutan berskala besar, penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan di laut, penambangan liar dan semua petaka eksploitasi lingkungan di Indonesia. Keserakahan itu terang berdampak pada kerusakan lingkungan yang demikian juga berdampak pada hajat hidup manusia. Itulah dia watak VOC yang bergentayangan di tubuh elit negara dan elit ekonomi di negara ini.

Ketiga, kekerasan terhadap buruh. Buruh di negeri ini kerap masih dihantui kekerasasan; fisik maupun psikis, kebengisan yang turut berdampak pada kondisi kemanusiaan para buruh. Terlebih perempuan, kekerasan kepada mereka acap berwujud berjibunnya pelanggaran terhadap hak maternitas, kekerasan verbal, kriminalisasi dan pelecehan seksual. Pekerja migran pula tak kalah kalutnya, mereka menguras keringat dan darahnya dengan beban penambahan beban kerja, sulitnya mendapatkan akses kesehatan, rumitnya bantuan hukum dan bantuan sosial, raibnya waktu libur, lambannya pembayaran gaji dan bahkan mimpi buruk untuk dipecat. Para aktivis yang turut menginterupsi kejahatan mendapatkan kriminalisasi dari negara.

Keempat, memecah belah. Strategi VOC yang hingga kini masih terwariskan adalah taktik memecah belah warga negara. Di tubuh bangsa ini, kelompok tertentu sering memainkan politik devide et impera (memecah belah dan berkuasa), integrasi sosial kita dipecah dalam kepingan-kepingan kelompok, semua hal itu dilakukan demi kepentingan ekonomi kongsi bisnis. Di Indonesia konflik kewargaan sering justru disponsori oleh produksi narasi kaum elit dengan penggunaan sentimen suku, agama ras dan budaya bahkan pula sentimen politik. Kondisi keterbelahan itu dimainkan untuk memecah fokus anak bangsa menatap harapan kesejahteraan di masa datang.

Mengubur Mental VOC

Kalau saja bangsa ini masih punya harapan untuk maju dan bermartabat, watak dan mentalitas penjajahan ala VOC harus dikubur, elit bangsa harus berhenti memerangi warga bangsa, seraya dengan itu, warga bangsa harus terus menenun harapan dan menumbuhkan kepercayaan diri untuk maju, jangan miliki mental terjajah, inferioritas dan perasaan kalah dari bangsa yang lain. Kepercayaan diri dan harapan itu pula jangan sampai berhenti di alam magis, ia harus membuah jadi tindakan, kebijakan dan perubahan. rmol news logo article

*Penulis adalah Ketua Umum DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA