Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dampak Ekonomi Manuver Vladimir Putin

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-ir-sugiyono-msi-5'>DR. IR. SUGIYONO, MSI</a>
OLEH: DR. IR. SUGIYONO, MSI
  • Minggu, 27 Februari 2022, 09:44 WIB
Dampak Ekonomi Manuver Vladimir Putin
Vladimir Putin/Net
VLADIMIR Putin melakukan invasi militer Rusia ke Ukraina. Akibat manuver militer dari Vladimir Putin tersebut membawa pertumbuhan ekonomi Rusia berpotensi segera turun menjadi lebih rendah dari angka proyeksi ekonomi 2,8 persen per tahun 2022 dibandingkan 4,5 persen tahun 2021, jika tanpa perang.

Pertumbuhan ekonomi Rusia berpotensi terjadi krisis ekonomi dengan adanya sanksi ekonomi dan keuangan dari Amerika Serikat, sekutu NATO di Eropa, dan Jepang setelah negara-negara tersebut memberikan pernyataan resmi secara terbuka dan tegas bertindak melakukan embargo di bidang keuangan perbankan dunia dan perdagangan ekspor impor terhadap Rusia.

Implikasinya adalah ketergantungan Rusia yang sangat tinggi pada perdagangan internasional, yang semula mempunyai surplus neraca transaksi berjalan dapat segera berakhir.

Embargo ekonomi dan keuangan terhadap Rusia segera membuat laju inflasi tinggi di Rusia yang semula sebesar 8,3 persen pada kuartal IV tahun 2021, berpotensi terjadi hiperinflasi di atas 2 digit pada kuartal I tahun 2022.

Kelompok oposisi Rusia kemungkinan bertindak bereaksi lebih keras dalam menekan Vladimir Putin di dalam negeri. Hal ini karena potensi pemburukan kondisi perekonomian Rusia sebagaimana lazimnya yang terjadi dengan adanya perang, yang menimbulkan peningkatan pengeluaran biaya perang, terutama jika kemudian perolehan rampasan perang terlalu kecil.

Daya juang ketahanan penguasaan dan popularitas Vladimir Putin lebih ditentukan oleh pertarungan politik di dalam negeri Rusia, yang meyakini kebangkitan USSR pada masa akhir dari Presiden Leonid Breznev Kembali tidak lagi diyakini oleh masyarakat sipil masih relevan pasca Perang Dingin setelah Perang Dunia II.

Sikap abstain RRC dalam persidangan Dewan Keamanan PBB memberikan sinyal bahwa RRC tidak diuntungkan dari aspek ekonomi, politik, dan militer oleh manuver Vladimir Putin. Demikian pula ketidakhadiran pengerahan pasukan dari RRC di darat, laut, dan udara untuk bukti fisik dukungan militer sampai hari ini merupakan sinyal bahwa manfaat dari manuver perang oleh Vladimir Putin kurang menarik dari sudut pandang kepentingan RRC. RRC lebih memilih solusi perundingan.

Sesungguhnya nilai ekspor impor dari Rusia ke Indonesia tidak signifikan untuk kepentingan perekonomian Indonesia. Namun, potensi naiknya indeks harga minyak mentah di atas 194,55 per Februari 2022 berdampak negatif terhadap peningkatan defisit neraca perdagangan minyak mentah Indonesia.

Kemudian berhentinya penurunan indeks harga gas alam di bawah angka 393,14 seharusnya diharapkan berdampak positif terhadap industri manufaktur Indonesia. Selanjutnya naiknya indeks harga batu bara di atas 298,62 berpotensi berdampak positif terhadap ekonomi ekspor batubara Indonesia, namun buruk untuk kinerja industri pembangkit listrik berbahan baku batubara dalam negeri. rmol news logo article

Penulis adalah peneliti Indef, yang juga pengajar di Universitas Mercu Buana

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA