Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengulas Seruan Forum Pemred, Wartawan Kelompok Rentan, Harus Hati-Hati

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ilham-bintang-5'>ILHAM BINTANG</a>
OLEH: ILHAM BINTANG
  • Minggu, 30 Januari 2022, 10:17 WIB
Mengulas Seruan Forum Pemred, Wartawan Kelompok Rentan, Harus Hati-Hati
Ilustrasi
SERANGAN balik Virus Covid-19 seakan menggunakan taktik cicak. Diam-diam merayap, hupp: kasus positif di Tanah Air tembus 11. 588  per Sabtu (29/1). Sedangkan yang meninggal dunia 17 jiwa.

Di Jakarta saja, tercatat 5.765 jiwa, lebih 50 %, dan 11 yang wafat. Tiga provinsi bertertangga DKI, Banten, dan Jabar yang terpapar positif kemarin total sekitar 80 % angka nasional.

Padahal, kurang dari 50 hari lalu, kita sudah memasuki masa yang memicu harapan masyarakat, meski tetap harus waspada. Data Senin (13/12/21), misalnya. Satgas Covid19 Indonesia melaporkan “hanya” 106 kasus baru. Itu jumlah terendah sejak Maret 2020. Sebelumnya, angka terendah 107 kasus pada 24 Maret 2021.

OTG di Tengah Kita

“Ini pelajaran buat kita semua untuk senantiasa menerapkan prokes 3 M dengan ketat. Jangan percaya siapapun. OTG itu berkeliaran di masyarakat,” ujar mantan Dubes RI Tantowi Yahya yang minggu lalu terkonfirmasi positif Covid19. Tantowi terpapar Jumat (28/1), pas sebulan setelah tiba di Tanah Air dari dari posnya di New Zealand, 28 Desember lalu.

Tidak jelas gelombang berapa yang memicu peningkatan kasus Covid-19 sekarang. Omicron atau bukan, juga belum diketahui persis. Yang pasti serangan Covid-19 itu mencemaskan bukan hanya kita, tetapi seluruh dunia.

Tampaknya, kecemasan serupa, terutama terhadap OTG atau orang tanpa gejala, yang mendorong pengurus Forum Pemred ( FP) membuat seruan resmi kepada seluruh masyarakat, Jumat (28/1).

Isi seruannya, meminta secara spesifik agar pemerintah dan pengusaha dalam kegiatan apapun yang melibatkan wartawan, untuk  sementara waktu, tanpa kontak fisik.

Seruan FP yang ditandatangani Arifin Asydhad (Ketua) dan Titin Rosmasari (Sekretaris) menyarankan pemerintah maupun pengusaha sebaiknya menggunakan media virtual/zoom untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat melalui wartawan.

“Kami cemas sekali menerima laporan banyak wartawan yang jadi korban virus," ujar Arifin ketika dihubungi Sabtu (29/1) pagi.

“Di kantor kami juga ada wartawan yang terpapar. Yang kami putuskan untuk sementara, semua anggota redaksi bekerja dari rumah saja atau WFH," tambah Pemimpin Redaksi Kumparan itu.

Kumparan tak sendiri. Arifin menyebut beberapa grup media pers mengalami kondisi serupa, wartawannya positif Covid-19.

Tri Agung, Ketua Gugus Tugas Covid-19 di Kompas Group membenarkan pernyataan itu.

"Di Kompas Group ada sekitar 20 orang yang kena ,” kata Tri Agung.

Salah satunya, menimpa wartawan senior, Budiman Tanurejo, Wakil Pimpinan Umum Harian Kompas. Jumat (28/1) siang, Budiman memang  menginformasikan pengalaman  dirinya terpapar Covid-19 di grup WhatsApp Forum Pemred.

“Selasa, 25 Januari, saya tes bersama istri, hasilnya negatif. Hari Rabu, 26 Januari, kami tes lagi. Saya positif, istri saya negatif. Hari Kamis, istri saya tes antigen lagi, hasilnya negatif. Tapi hari Jumat tes lagi karena badan nggak enak, hasilnya positif by antigen dan dilanjutkan dengan PCR. Virus ini nggak jelas dan sangat menular. Pesan saya hanya hati-hati saja," katanya kepada komunitas Pemimpin Redaksi.

Wartawan senior, Dahlan Iskan, dalam tulisan di "Disway" kemarin mengumumkan ada dua wartawan positif. Satu meninggal minggu lalu, Bambang. Satunya lagi adalah Direktur Utama "Rakyat Merdeka", Margiono.

Mantan Ketua Umum PWI dua priode itu terkonfirmasi positif Covid-19 saat  melakukan pemeriksan rutin di RS. Virus yang bersarang memperburuk ginjalnya sehingga Margiono harus cuci darah.

“Sudah tiga hari ditidurkan di ICU," tulis Dahlan.

Tapi, Sabtu (29/1) malam, salah seorang direksi Rakyat Merdeka, Ratna Susilowati, menginformasikan kondisi Margiono membaik.

“Kondisi Pak Margiono alhamdulillah makin baik. Laporan dari dokternya saturasi bagus, semua parameter menunjukkan perbaikan. Mohon doa Bang IB," kata Ratna yang saya hubungi via WhatsApp.

Di masa pandemi profesi wartawan termasuk rentan. Profesi ini tidak termasuk PPKM. Maksudnya, tidak masuk golongan yang dibatasi aktifitasnya di lapangan. Itu yang menjelaskan,  mengapa virus Covid19 telah merenggut nyawa sedikitnya 2.000 jurnalis di 94 negara sejak Maret 2020.

“Itu perkiraan keseluruhan yang rendah," menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada Jumat  (7/1)lalu.

Setidaknya 1.400 pekerja media meninggal setelah terpapar virus pada 2021, rata-rata 116 orang setiap bulan, kata Press Emblem Campaign (PEC) yang berbasis di Jenewa.

“Jumlah korban sebenarnya tentu lebih tinggi, karena penyebab kematian jurnalis terkadang tidak ditentukan, atau kematian mereka tidak diumumkan,” kata kelompok itu.

Di Indonesia pun tercatat puluhan wartawan yang meregang nyawa sejak pandemi. Yang terpapar positif, ribuan. Namun, angka pastinya hanya Tuhan yang tahu. Sebab tidak ada satu pun instansi yang mencatat khusus kematian itu. Kendalanya, banyak yang tidak dilaporkan lantaran tidak bisa dipastikan sebab kematian. Atau juga keluarga tak memberitahu karena khawatir dimakamkan dengan protokol Covid-19.

Kembali kepada seruan Forum Pemred. Seruan yang diamini banyak pemimpin  dan pekerja media. Para pemred berinisiatif sendiri mengirim via jalur pribadi kepada seluruh pejabat pemerintah.

Seruan FP disampaikan kurang sepuluh hari dari perhelatan tahunan Hari Pers Nasional (HPN) pada 7-9 Februari di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kegiatan yang menurut rencana dihadiri Presiden Jokowi itu akan diikuti sekitar dua ribu wartawan dan tokoh pers dari seluruh Indonesia.

Arifin menyangkal ditujukan secara  spesifik kepada panitia HPN 2022.

"Pernyataan Forum Pemred bersifat umum.  Berlaku sejak saat diumumkan. Acara apa pun dan di mana pun yang melibatkan wartawan hendaknya tidak dengan kontak fisik atau tatap muka," katanya.

Keselamatan Jiwa Utama

Arifin Asydhad Sang Ketua Forum Pemred tak hanya diamini komunitas jurnalis, tetapi juga dipuji. Dinilai lebih tanggap dibandingkan Mendikbud Nadiem Makarim yang mingkem hingga sekarang menghadapi serangan balik Covid-19.

Nadiem membiarkan saja anak-anak menjadi "bumper" untuk head on dengan virus ganas. Termasuk siswa yang dari segi umur, belum bisa divaksin. Para pelajar itu sejak awal tahun telah mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 % di sekolah.

Padahal, korban dari kalangan pelajar sudah berjatuhan. Tidak kurang 90 sekolah tercatat terpaksa ditutup minggu lalu.

“Saya tahu peran penting wartawan mengawal penyelenggaraan negara. Namun, dalam pandemi, justru wartawan itu sangat rentan menghadapi musuh seperti virus Covid-19 yang tidak berujung pangkal ini. Atas pertimbangan itu kami buat seruan  untuk mengingatkan seluruh masyarakat, bahwa keselamatan jiwa  jauh lebih penting dari segalanya,” papar Ketua Forum Pemred itu.

Setuju? rmol news logo article

Penulis adalah wartawan senior.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA