Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Angka 9 plus 8 dan 1

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/henrykus-sihaloho-5'>HENRYKUS SIHALOHO</a>
OLEH: HENRYKUS SIHALOHO
  • Jumat, 31 Desember 2021, 00:09 WIB
Angka 9 plus 8 dan 1
Ekonom senior, DR Rizal Ramli/Net
TAHUKAH Anda, angka 9 itu angka ganjil yang ganjil. Bila angka 9 dikalikan dengan bilangan asli berapapun hasilnya bila dijumlahkan hingga bilangan satuan akan menghasilkan 9. Misal, secara acak, 3 x 9 = 27 (2 + 7 = 9), 11 x 9 = 99 (9 + 9 = 18), dan 15 x 9 = 135 (1 + 3 + 5 = 9).

Tubuh kita pun memiliki 9 lubang besar.  Yakni 2 di mata, 2 di telinga, 2 di hidung, 1 di mulut, 1 di organ kelamin, dan 1 di dubur.  Kehidupan kita akan berlangsung baik bila semua lubang tadi berfungsi baik.

Penambahan dan pengurangan lubang, bahkan gangguan kecil pada satu saja lubang, bisa berujung pada berakhirnya kehidupan kita.

Umat Islam pasti tahu penyebaran agama Islam, khususnya di pulau Jawa, dilakukan oleh 9 wali.  Wali itu sendiri bermakna "orang yang dipercaya" atau "orang yang ditugaskan".

Salah satu dari 9 wali (bahasa Jawa: wali songo) itu adalah Sunan Kalijaga. Presiden IV kita, Abdurrahman Wahid, adalah keturunan Sunan Kalijaga. Almarhum yang kerap dipanggil Gus Dur itu persis meninggal pada tahun ke-9 abad 21 (30 Desember 2009). Hari ini kita mengenang kepergian beliau 12 tahun silam.

Seperti kita ketahui, Gus Dur merupakan cucu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, seorang ulama besar bergelar pahlawan nasional dan merupakan pendiri sekaligus Rais Akbar (pemimpin tertinggi pertama) Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Hadratussyaikh bermakna mahaguru. Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari memiliki gelar Syaikhul Masyayikh yang berarti gurunya para guru.

Kita ketahui pula Gus Dur adalah putra dari pahlawan nasional KH A Wahid Hasyim. Nama kakek dan ayah Gus Dur kini menghiasi nama-nama jalan di Indonesia.

Presiden ke-4 ini, seperti kakek dan ayahnya, sesungguhnya sangat patut mendapat gelar pahlawan. Sebagai bapak toleransi Indonesia, legacy-nya memang luar biasa.  
Bagi aparatur sipil negara, anggota Polri dan TNI beserta keluarganya, Gus Dur niscaya dikenang sebagai Presiden yang berani menaikkan gaji mereka 125 persen atas saran seorang menterinya yang “gila” memperjuangkan kesejahteraan rakyat, yakni Rizal Ramli.

Kita pun tahu, dari penanggalan Islam, Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam (4 Sya'ban 1359) di Denanyar Jombang, Jawa Timur.

Sebagai orang yang suka mengotak atik angka, dari tanggal dan bulan tadi, bila kita fokus pada hari dan bulan, di sana muncul 4 dan 8. Gus Dur sendiri adalah Presiden ke-4. Mungkinkah anak didik kesayangannya Rizal Ramli bakal menjadi Presiden ke-8?

Masih menggunakan “ilmu gotak gatuk”, Deklarasi KPI itu dilakukan pada 27-12-2021. Bila kita jumlahkan angka yang ada di sana itu hingga angka satuan 2 + 7 + 1 + 2 + 2 + 0 + 2 + 1 = 17 (tanggal kemerdekaan kita) = 1 + 7 = 8 (bulan kemerdekaan sekaligus bermakna Presiden ke-8). Mengapa kita jumlah hingga angka satuan?  Karena kita mau menemukan RI 1.  

Penulis merespons Deklarasi KPI dengan membuat tulisan di bawah judul “Deklarasi KPI yang Akan Menjadi Lautan Api” 1 hari kemudian (28-12-2021) di Kantor Berita Politik RMOL.ID yang tercinta ini. Angka pada tanggal pemuatan tadi bila dijumlah hingga satuan adalah 9.

Sebagai orang yang mendalami penyuluhan, Penulis akrab dengan kata kunci “penyebarluasan hal-hal positif (utamanya inovasi) yang akan meningkatkan kesejahteraan melalui perubahan kognitif (pengetahuan), sikap (afektif), dan keterampilan (konatif atau psikomotor).

Dalam penyuluhan, yang bertugas menyebarluaskan itu penyuluh atau agen perubahan yang tugasnya memang tidak sebatas menyebarluaskan, tetapi juga melakukan pelatihan atau kursus.

Bila penyuluh atau agen perubahan bertugas menyebarluaskan hal-hal positif dengan memberi pelatihan dan kursus, wali pun bertugas menyebarluaskan syiar agama.

Menariknya, kinerja penyuluh dan wali sebenarnya memiliki ukuran yang sama: kemampuannya mengubah perilaku sasaran menjadi insan yang bermutu seperti yang diharapkan (sejahtera lahir dan batin).  Perubahan perilaku sasaran seperti yang diharapkan bisa berlangsung dengan cepat bila penyuluh atau wali mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat.

Dari segi lajunya, ada perubahan yang berlangsung lambat (evolusi) dan ada juga yang cepat (revolusi). Penyuluhan sebenarnya berada di tengah. Penyuluhan mencoba merekayasa perubahan.

Margono Slamet (1995) menyebutkan, bila kita menginginkan perubahan itu mencapai hasil yang baik dalam waktu singkat, kita perlu melakukan usaha-usaha yang bersistem dan berstrategi di bidang pendidikan nonformal (penyuluhan) yang berfungsi sebagai fasilitator bagi rakyat yang perlu mengalami proses pembelajaran guna memperbaiki diri sendiri.

Melihat situasi dan kondisi kekinian kita yang luar biasa karut-marut dan belajar dari sejarah bangsa-bangsa yang mengalami kemajuan dalam waktu singkat seperti Jepang, Singapura, dan Amerika Serikat, kita membutuhkan pemimpin yang mumpuni untuk membawa perubahan yang cepat untuk mencegah negara kita menjadi negara yang gagal.  

Sebagai doktor penyuluhan Penulis merasa mendapat amanat dari Gus Dur (mudah-mudahan juga dari Tuhan) menjadi wali ("orang yang ditugaskan") untuk menyebarluaskan satu nama untuk meneruskan cita-cita beliau.

Tugas itu sudah Penulis mulai 9 bulan yang lalu ketika Kantor Berita Politik RMOL.ID, Rabu dini hari (31/3/2021) memuat harapan Penulis di bawah judul, “Henrykus Sihaloho: Demi Rakyat, Ibu Mega Akan Ajukan RR Capres 2024.”

Penulis bersyukur karena tugas mulia itu telah lama dimulai oleh Kantor Berita Politik RMOL.ID, sejumlah media lain, dan sejumlah tokoh, termasuk belakangan ini Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti dan Ketua KPK Firli Bahuri melalui ide tentang pentingnya PT 0 %.

Tentu penyebutan nama keduanya tidak dengan maksud mengabaikan tokoh-tokoh lain yang telah lama bersuara nyaring.

Penulis kembali bersyukur karena 2 hari yang lalu Tuhan telah menggerakkan hati 105 orang intelektual beragam latar belakang suku dan agama, yang sebagian besar terdiri dari aktivis pergerakan 77/78, menjadi motor pergerakan (baca: wali atau agen perubahan) guna mengajak semua elemen bangsa untuk ikut bergerak bersama sama mereka.

Penulis optimistis, seperti 9 wali, 105 orang kaum cerdik cendekia ini bersama sejumlah tokoh yang lain akan merebut hati mayoritas penduduk kita. Amin. rmol news logo article

Penulis adalah Dosen Universitas Katolik Santo Thomas

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA