Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Guru, Pahlawan Pendidikan Saat Pandemi

*Oleh: Fahmi Syahirul Alim

Senin, 22 November 2021, 14:49 WIB
Guru, Pahlawan Pendidikan Saat Pandemi
Penulis adalah Deputi Program International Centre for Islam and Pluralism (ICIP), Fahmi Syahirul Alim/Net
MASIH ingat cerita Mas Avan? Kisah seorang guru yang  viral di media sosial karena merasa menjadi guru yang tidak baik akibat tidak mematuhi anjuran pemerintah untuk di rumah aja di saat pandemi Covid-19. Bahkan karena viral, cerita guru tersebut diliput oleh beberapa media. Baik media lokal, maupun media nasional, media cetak mauoun media online.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Avan Fathurrahman seorang guru yang tinggal di Kabupaten Sumenep, Madura, sebuah pulau di ujung timur Jawa mengisahkan dirinya terpaksa harus mengunjungi murid-muridnya di rumah masing-masing karena beberapa anak didiknya tidak memiliki gawai atau telepon pintar untuk belajar dari rumah seperti yang dianjurkan oleh pemerintah di saat pandemi Covid-19.

Dengan kondisi tersebut, Mas Avan yang nuraninya masih bekerja tentu dilema. Sebagai guru, dia harus menjadi suri tauladan dengan mematuhi pemerintah tentang anjuran jaga jarak sosial dan fisik di masa pandemi Covid 19 ini. Yaitu dengan bekerja, belajar dan beribadah di rumah.

Namun melihat realita yang ada, beberapa wali murid ternyata tidak memiliki gawai untuk sarana belajar daring bagi anaknya. Bahkan yang membuat kita menahan nafas, beberapa orang tua menurut cerita Mas Avan, sampai rela meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya selama pandemi ini.

Melihat keadaan di atas, akhirnya mas Avan menyerah. Dia rela disebut guru tidak baik dengan berkeliling ke rumah-rumah anak didiknya untuk mengajar di tengah badai. Ditambah lagi dengan jalanan pedesaan yang tak semuanya bisa dilalui kendaraan bermotor, tak jarang guru nekad tersebut berjalan kaki menyusuri kampung yang jarak antar rumah dengan rumah lainya sangat berjauhan.

Lain halnya dengan kisah Esnawati, Guru SDAN 05 Angan Tembawang  Kec. Jelimpo, Kab. Landak, Kalimantan Barat.  Esnawati mengemban tugas di daerah yang belum teraliri listrik hingga sekarang. Beberapa rumah menggunakan genset jika ingin terang rumahnya. Sinyal pun sulit dicapai terlebih internet. Tak ayal sulit bagi mereka untuk melakukan pembelajaran online di saat pandemi. Ia mulai berpikir bagaimana caranya supaya bisa memastikan anak-anak tetap belajar.

Akhirnya ia memutuskan mengunjungi anak-anak yang terjangkau tempat tinggalnya dan menanyakan apa saja yang sudah dipelajari bersama orang tua atau saudaranya. Ia juga terpikir untuk mengumpulkan anak-anak yang terdekat dan mengumpulkan mereka di rumahnya tentunya dengan prokes yang ketat. Itu dilakukan di malam hari. Ia tidak hanya mengumpulkan muridnya, tapi mulai dari anak PAUD hingga SD, dan siapa pun yang mau belajar, disilakan (Okezone, 2021).

Guru Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan


Banyaknya kisah heroik dan perjuangan tanpa pamrih yang telah dilakukan oleh para Guru di masa pandemi ini maka tak heran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi  menetapkan tema “Bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan” untuk Peringatan Hari Guru Nasional tahun 2021 yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 25 November.

Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebutkan, berkat perjuangan para guru, pembelajaran tetap berjalan meski situasi sangat tidak mendukung. Berdasarkan berbagai cerita haru yang dia terima dari para guru seluruh Indonesia, rata-rata mereka terus berusaha agar anak-anak muridnya menerima pelajaran secara utuh dari seorang guru.

Usaha itu, lanjut mantan Bos Gojek tersebut, diupayakan dengan pembelajaran daring, membentuk kelompok kecil, pembelajaran tatap muka dengan system bergantian, bahkan ada yang mendatangi kediaman muridnya secara langsung seperti halnya yang dilakukan oleh Mas Avan dan Ibu Esnawati di atas (Ahdori, 2021).

Sebagai wujud apresiasi bagi pahlawan pendidikan di masa pandemi tersebut, pemerintah melalalui Kemendikbudristek telah meluncurkan berbagai kebijakan untuk mendukung para guru dalam menjalankan tugas mulianya, di antaranya, pertama, melaksanakan relaksasi dana BOS, sehingga bisa digunakan  untuk membayar honor guru non-PNS, guru-guru honorer. Kedua, memberikan Bantuan Subsidi Upah untuk pendidik dan tenaga kependidikan non-PNS. Ketiga, memberikan opsi bagi guru untuk menerapkan kurikulum darurat, yang lebih ramping, lebih sederhana.

Keempat, membagikan modul pembelajaran di masa khusus untuk membantu pembelajaran di daerah yang sulit akses internet, dan mengembangkan platform Guru Belajar dan Berbagi sehingga para guru dapat saling belajar dari rekan sejawatnya dalam mengembangkan pembelajaran.

Terakhir, meningkatkan kesejahteraan guru dengan menyelenggarakan seleksi guru ASN-PPPK dengan afirmasi bagi pelamar yang telah memiliki sertifikat pendidik, yang berusia lebih dari 35 tahun, penyandang disabilitas, berasal dari THK2 dan aktif mengajar selama paling tidak tiga tahun.

Terkait kebijakan terakhir, menurut Mendikbudristek Nadiem Makarim saat ini pengolahan data hasil ujian seleksi pertama untuk guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) masih berlangsung. Panitia Seleksi Nasional (Panselnas), yang antara lain terdiri dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN), masih akan merampungkan hasil seleksi tersebut.

Hasil sementara, menurut Menteri Milenial tersebut dari 326.476 formasi yang ada pelamarnya, hampir 100.000 guru honorer dari seluruh Indonesia akan segera diangkat menjadi guru ASN PPPK ujar Mendikbudristek dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI di Jakarta, pada Kamis (23/9/2021).

Berbagai kebijakan yang mendukung dan menyejahterakan guru tentu layak dan harus didukung oleh berbagai pihak, karena para guru adalah pahlawan pendidikan sesungguhnya di masa pandemi ini. Bahkan mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa.  Seperti yang ada dalam syair Himne Guru : “Engkau sebagai pelita dalam kegelapan..Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan..Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa..”. rmol news logo article

*Penulis adalah Deputi Program International Centre for Islam and Pluralism (ICIP)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA