Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kemerdekaan Indonesia dan Penyelesaian Masalah Papua

Rabu, 18 Agustus 2021, 13:06 WIB
Kemerdekaan Indonesia dan Penyelesaian Masalah Papua
Ketua Umum GAMKI, Willem Wandik/RMOL
HARI ini bangsa kita tercinta memasuki usia 76 tahun. Usia kemerdekaan yang sudah tidak muda lagi, tetapi semangat jiwa merdeka menuju bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur terus berkobar.

Tujuh puluh enam tahun kemerdekaan Indonesia masih saja menyimpan berbagai persoalan. Pelaksanaan Hari Kemerdekaan ke-76  RI (1945-2021) ini kita masih diperhadapkan dengan situasi pandemi global Covid-19.

Dalam kondisi tersebut tak menyurutkan perayaan 76 tahun kemerdekaan dari rumah masing-masing walau dengan sederhana tanpa perayaan besar di Istana Negara.

Di usianya yang ke 76 tahun ini, masih banyak persoalan yang perlu untuk diselesaikan.

Mulai dari badai pandemi Covid-19, kemiskinan, penegakan hukum, keterisolasian/ketertinggalan/kebodohan, intoleransi, kejahatan yang merajalela, dan lain sebagainya.

Tentunya penyelenggara sebagai representasi Negara tidak akan mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang ada tanpa dukungan seluruh elemen bangsa.

Sebab, dengan semangat persatuan serta budaya bergotong royong, kita bisa menghadapi seluruh tantangan yang ada hari ini dan di masa yang akan datang.

Bangsa Indonesia adalah negara yang dirancang bukan semata untuk menggulung kolonialisme dan mematahkan kaki tangan imperialisme, melainkan memiliki misi yang jauh lebih penting dan mulia.

Yakni untuk menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya, untuk melindungi segenap tumpah darahnya, menyejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsanya.

Yang tidak kalah penting, menjadi bagian dari perjuangan mewujudkan tatanan dunia yang lebih damai dan adil.

Oleh karena itu dibutuhkan “niat baik” serta “tindakan yang nyata” dari setiap komponen bangsa dan penyelenggara negara untuk mewujudkan cita-cita itu.

Selain persoalan pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini, saat ini kita juga menghadapi tantangan yang cukup serius, yakni bangkitnya populisme dan radikalisme agama.

Tantangan ini bila tidak direspon secara tepat dan cepat, pada gilirannya nanti akan meledak dan merobek kebhinekaan kita/Indonesia.

Kasus-kasus penutupan rumah ibadah yang dilakukan secara paksa oleh sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan agama tertentu menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Sebagaimana diketahui, konstitusi negara sangat jelas menjamin kebebasan warga negara dalam beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.

Jaminan kebebasan itu berdasarkan UUD 1945 yang merupakan bagian dari 4 pilar kebangsaan yang adalah pondasi kita bernegara.

Kita tidak ingin Indonesia bernasib seperti Suriah yang hari-harinya dikepung oleh dentuman bom, suara tembakan, ceceran darah serta air mata.

Kita juga tidak ingin melihat Indonesia bernasib seperti India dan Pakistan yang mesti terpisah oleh karena alasan perbedaan iman.

Atau seperti Yugoslavia pecah, lalu lenyap yang kemudian menjadi negara Serbia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Slovenia, Macedonia, Montenegro, dan Kosovo.

Oleh karena kekhawatiran inilah, sehingga kita perlu membangun ruang percakapan yang setara serta tata kelola kenegaraan melibatkan semua komponen anak bangsa yang baik.

Pada situasi ini pulalah kita memerlukan pembudayaan Pancasila secara holistik sebagai sebuah pijakan, cara hidup dan cita-cita luhur agar religiusitas, kemanusiaan, dan kebangsaan dapat berjalan beriringan.

Di usia NKRI yang ke-76 tahun, saat sebagian besar rakyat telah menikmati manisnya buah kemerdekaan, sayangnya di bagian timur Indonesia, di tanah Papua tercinta masih banyak masyarakat yang belum benar-benar menikmati kemerdekaan.

Persoalan kemiskinan, kebodohan, dan krisis kemanusiaan masih menjadi headline utama pemberitaan ketika menyorot Tanah Papua.

Oleh karena itu di momen kemerdekaan ini, kami mengimbau kepada pemerintah pusat untuk memberi perhatian serius menyelesaikan persoalan di Tanah Papua sesuai tujuan didirikannya negara.

Tujuan bernegara adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya, serta melindungi segenap tumpah darahnya, menyejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penuntasan permasalahan pelanggaran HAM dan rasisme juga menjadi PR kita bersama.

Seluruh komponen anak bangsa, perlu menjadi komitmen kita bersama dalam menjawab persoalan bangsa. Karena rakyat membutuhkan tindakan yang nyata dari kita semua dan mendukung pemerintah.

Rakyat Tanah Papua terus menjadi sasaran eksploitasi dan diskriminasi rasial yang seolah-olah menganggap orang asli Papua (OAP) adalah rakyat kelas dua di negeri ini.

Kasus penghilangan nyawa secara paksa yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Kasus rasisme dengan merendahkan harkat dan martabat OAP dianggap hal biasa.

Kurangnya keberpihakan pada daerah dalam kebijakan pengelolaan sumber daya alam, tanpa menyisakan sedikit kewenangan daerah untuk mengelolanya.

Di momen hari kemerdekaan ini, semoga rakyat Tanah Papua diberikan perhatian dengan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM, rasisme, dan pengelolaan SDA, sesuai amanat konstitusi NKRI.

Dengan terselesaikannya pekerjaan besar itu, kedepan rakyat Papua benar-benar merasakan arti kemerdekaan sesungguhnya dan dapat berdiri setara dengan daerah lainnya di Nusantara ini.

Hari Kemerdekaan ke 76 RI dapat kita jadikan momen kesadaran kita untuk berbangsa dan bernegara.

Dengan mengingat kembali saat awal pembentukan NKRI ini, para pencetus kemerdekaan dan para pemimpin bangsa sudah memiliki tujuan didirikannya negara Indonesia.

Tujuan negara ini telah dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945 tertera dengan jelas pada alinea keempat.
Tujuan negara dalam pembukaan UUD 1945 tersebut berbunyi; “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Kita yakin dengan momentum HUT Kemerdekaan ke-76 RI, kita tunjukkan pada seluruh dunia bahwa kita
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, tetap optimis memandang jauh ke depan.

Agar menjadikan jiwa optimis itu sebagai milik bersama segenap rakyat Indonesia.

Terakhir sebagai seorang yang percaya terhadap Tuhan, kita tidak boleh putus pengharapan. Karena Tuhan Yesus Kristus akan menjaga kehidupan kita.

Selalu minta pertolongan-Nya di dalam setiap doa dan teruslah beriman untuk motivasi hidup dan selalu punya pengharapan.

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah, dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai Sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:6-7).

Ada saatnya hamba-hamba Allah merasa sangat khawatir terutama di saat situasi krisis ini. Tapi dengan berdoa, mereka bisa lebih tenang.

Allah berjanji untuk memberikan kedamaian batin supaya mereka bisa mengatasi rasa khawatir, berpikir dengan jernih, tetap stabil secara emosi, dan memohon diberi kekuatan lahir dan batin.

Tujuannya, agar bisa melewati situasi saat ini dengan kekuatan iman dan pertolongan-Mya.

Kedamaian dari Allah menjaga kita ”melalui Kristus Yesus”, karena melalui Dialah, kita bisa melewati situasi saat ini dan bersahabat dengan Allah. Yesus sudah mengorbankan hidupnya untuk menebus dosa kita. Kalau kita beriman kepadanya, kita akan diberkati Allah. (Ibrani 11:6)

Selain itu, kita harus berdoa melalui Yesus karena Dia berkata, ”Tidak ada yang bisa datang kepada Bapak kalau tidak melalui Aku.”—Yohanes 14:6; 16:23.

Selain berdoa, kita perlu melakukan ikhtiar lainnya yaitu dengan tetap disiplin dan berkomitmen menjaga kesehatan dengan melaksanakan protokol kesehatan (prokes), memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta melakukan testing, tracing, dan treatment.

Selain itu, kita harus berperan aktif mendukung program-program pemerintah dalam menanggulagi pandemi Covid-19 ini.

Semoga dengan semangat bergotong royong, seluruh komponen anak bangsa mendukung pemerintahan kita untuk dapat segera mengatasi krisis kesehatan yang telah melanda negeri tercinta ini sebagai akibat pandemi Covid-19.

Sehingga kita dapat kembali berfokus kepada tujuan Negara ini dibentuk yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam momen hari kemerdekaan ini, kita juga mensyukuri adanya peluncuran e-book dari seorang Senior kita yang selama ini banyak bergerak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bang Amir Sirait adalah salah satu tokoh Kristen yang aktif di GMKI dan GAMKI serta merupakan salah satu pendiri KNPI.

Pengalaman beliau yang tertuang dalam buku memoar semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.

Bahwa sebagai pemuda Kristen dan pemuda Gereja, kita harus selalu menunjukkan kontribusi kita bagi kemajuan Gereja, masyarakat, bangsa, dan negara.

Semoga generasi muda saat ini, terkhusus GAMKI dan GMKI dapat meneruskan perjuangan dari para Senior kita. Semoga Tuhan Memberkati Bangsa ini dengan kasih Karunianya.Amin.

Selamat HUT Kemerdekaan ke-76 RI. Selamat Merdeka Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. rmol news logo article

Willem Wandik
Penulis adalah Ketua Umum GAMKI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA