A political virus. Tons of covidiots. Political scientist ngga bisa eradicate the virus. Tapi
impact Covid-19 ditentukan
by politics.
Thomas Hale menyatakan, “
Covid-19 attacks human body. But it is largely the body politic that defends us against itâ€.
“
This concept that it’s about health versus economics is really misguided,†kata James Carville.
Orang lapar ngga bisa
stay home. Orang takut keluar ngga bisa mengembalikan bisnis seperti biasa.
Notorius pipeline:
health problem-economic disruption-political crisis. Krisis ditandai adanya
threat, uncertainty, dan time pressure. Ketiga variabel menentukan
outcomes politik dan ekonomi.
Oposisi Sayap Kanan mengekstraksi ke-dungu-an Gerombolan anti-maskers,
far-right conspiracy theorists, anti-chinese, anti-communist, anti-vaxxers, climate change deniers, dan
flat earther. These people are labeled as dumb, stupid, irresponsible or crazy. At face value, these labels seem accurate.
Populism adalah retorika oposisi. Seolah bela rakyat. Padahal mengidap
narsistic & anti-science.
Krisis politik, sosial & ekonomi meruntuhkan
trust public kepada pemerintah. Oposisi siram bensin amarah. Bisa jadi justifikasi Kelompok Radikals mengkudeta rezim.
Krisis ngga cuma beri ruang populisme kepada Oposisi. Krisis adalah rekonstruksi discursive dan blame narratives yang diciptakan Oposisi.
The Covid-19 pandemic menebalkan ekspresi
populist attitudinal seperti
distrust in expert advice, skepticism toward elite overprotectiveness, dan
antipathy against government regulation.
Oposisi Sayap Kanan meng-epic-kan &
spectacularize social, political and economic problems. Menuding Pemerintah gagal mengatasinya. Landasan agitasi & menghasut masyarakat,
to propagate the sense of crisis and turn “the people†against a dangerous “otherâ€. (Moffitt, 2015: 210).
Menurut Garmendia and Alfonso (2020), Di Spanyol, krisis Covid-19 mendorong
greater demands untuk
techno-authoritarian decision-making dan
strong leadership. Rakyat bersedia “
to give up individual freedom and support for the idea of re-centralization of devolved powersâ€.
Re-sentralisasi menjadi kebutuhan Indonesia. Tiongkok, Singapore, Vietnam, Jepang, lebi baik
handling Covid-19 dari Amerika. Salah satunya karena Sentralisasi dan ngga ada Oposisi ganas menghalalkan segala cara.
Techno-authoritarian decision-making ingin dipraktikan Pemda Jakarta. Pidana Penjara 3 bulan bagi pelanggar prokes nggak pakai masker.
Anggota Dewan Habiburokhman dari Fraksi Gerindra bereaksi. Nggak setuju dengan ancaman kurungan Pemda Jakarta.
Rakyat ngga pake masker bisa karena “
unintentional ignoranceâ€. Covid-19
makes people sick & stupid. Yang perlu ditumpas adalah provokator, otak gerombolan, donatur gerakan dan
propagandis chaoz. Jangan tunggu sampai terlambat. Iris tipis-tipis.
Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Antikorupsi (Komtak)
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: