Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Wartawan Senior Setiadi Tryman Wafat Dalam Perjalanan Ke RS, Ini Kisah Putrinya

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ilham-bintang-5'>ILHAM BINTANG</a>
OLEH: ILHAM BINTANG
  • Selasa, 18 Mei 2021, 09:37 WIB
Wartawan Senior Setiadi Tryman Wafat Dalam Perjalanan Ke RS, Ini Kisah Putrinya
Pemakaman mendiang Setiadi Tryman/Ist
JENAZAH tokoh pers dan film Indonesia Setiadi Tryman, telah dikebumikan di Pemakaman Sandiego Hills Memorial Park, Karawang, Jawa Barat, Senin siang (17/5).

Mantan Pemimpin Redaksi Harian Suara Pembaruan itu meninggal dunia pada Sabtu malam (15/5) pukul 19.00 WIB.

"Papa mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan ke RS. Begitu sampai RS, dokter yang periksa bilang Papa sudah tiada," kata putri kedua mendiang, Loretta Ratu Paksi (Lola), Senin malam.

Menurut Lola, Tryman -- begitu panggilan akrab mendiang -- sakit sejak November 2020. Ia jatuh jatuh di kamar mandi yang menyebabkannya menjalani dua kali operasi di kepala.

"Praktis sejak operasi pada bulan November itu, Papa hanya terbaring di tempat tidur," tambah Lola.

Sesak Napas

Sabtu sore (15/5), Lola yang memandikan papanya ketika Tryman mendadak sesak napas. Dia pun segera melarikan ayahnya ke rumah sakit sore itu juga. Namun, namun tak tertolong.

Tryman meninggal dunia dalam usia 84 tahun. Meninggalkan seorang istri, 3 putri, 6 cucu, dan 1 cicit.

"Papa itu orang baik, selalu membantu orang lain dengan caranya. Papa kuat, tegas, family man, melindungi keluarganya dan selalu ingin menyenangkan hati anak-anak dan istrinya. Pokoknya papa orang hebat, dan tetap rendah hati, kami anak-anaknya  sangat bangga kepada papa kami. Banyak sekali kenangan indah yang sudah dia berikan kepada kami anak-anaknya," kenang Lola dalam percakapan melalui WhatsApp.

Saya bersahabat dengan Tryman sekitar 40 tahun. Sosoknya dalam dalam kehidupan nyata, persis seperti Lola ceritakan. Mudah bergaul, dan selalu siap membantu teman-teman.

Almarhum wartawan sangat senior. Tokoh pers film Indonesia. Saya mengenalnya (tepatnya berguru) saat Tryman masih menjadi Redaktur Harian Sinar Harapan, surat kabar sore terpandang dan  terbesar di Indonesia.

Setelah diberedel pemerintah dan kemudian terbit lagi dengan nama baru Harian Suara Pembaruan, Tryman menjabat Pemimpin Redaksi pertamanya.

Tryman tidak berubah. Tetap seperti dulu. Tidak pilih-pilih teman, meski beda usia hampir 20 tahun saya lebih muda, tapi kami bersahabat erat.

Paling senang kalau tugas ke LN bersama dia. Itu berarti rombongan akan menikmati kisah-kisah lucu, dan pembawaan mendiang sendiri yang humoris. Saya beberapa kali bersama dia dalam perjalanan ke luar negeri meliput festival film internasional.

Saya sangat kehilangan atas kepergian Tryman. Sedih kehilangan sahabat dan mentor sekaligus.

Seperti saya tulis dalam artikel in memoriam sebelumnya (baca: "Selamat Jalan Setiadi Tryman, Tokoh Pers dan Film"), saya yakin perasaan kehilangan itu juga dirasakan kalangan pers dan perfilman Indonesia pada umumnya.

Sikapnya egaliter dan berkawan dengan banyak orang dari banyak kalangan, meskipun dalam posisinya sebagai pemimpin redaksi media besar.

Di dunia film, Tryman sudah mencapai tingkat ketokohan yang dihormati masyarakat film. Sudah berkali-kali menjadi juri FFI pada saat saya yang baru mulai menjadi wartawan berkenalan dengannya. Namun sejak perkenalan itu praktis kami langsung menjalin persahabatan.

Tryman lah yang menjadi penopang utama di masa saya menjabat Ketua Humas FFI (Festival Film Indonesia) dan FSI (Festival Sinetron), tiga priode -- 15 tahun -- di masa Harmoko memjadi Menteri Penerangan.

Tryman seangkatan dan teman gaul Harmoko yang kelak menjadi Menteri Penerangan tiga periode di masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Tryman juga mengakrabi kehidupan "Seniman Senen" yang sangat terkenal di Jakarta, tempat berkiprah tokoh-tokoh yang kelak berkibar di dunia kesenian dan perfilman Indonesia. Sebut saja aktor Soekarno M Noer dan Haji Misbach Jusa Biran, misalnya.

Surat-Surat Nyasar

Karya Setiadi Tryman dalam kariernya sebagai wartawan antara lain "Surat-Surat Nyasar". Kumpulan tanya jawab dalam rubrik di Harian Sinar Harapan itu telah dibukukan dan mengalami cetak ulang berkali-kali.

Di dunia film, selain menulis banyak skenario film seperti disebut di awal tulisan, ia juga aktif menjadi juri Festival Film Indonesia (FFI).

Atas permintaannya setelah pensiun, "Surat-Surat Nyasar" itu dilanjutkan pemuatannya di Tabloid Cek & Ricek. Sempat terbit beberapa tahun sampai Tryman sendiri menghentikan karena tidak punya waktu banyak lagi untuk mengisinya secara rutin.

"Surat-Surat Nyasar" di Sinar Harapan maupun di Tabloid C&R menggunakan logo karikatur wajah Setiadi Tryman.

Setiadi Tryman lahir 27 Juli 1936 di Demak, Jawa Tengah. Setamat SMA, ia melanjutkan kursus manajemen, seni drama HBS di Solo (1955), ATNI di Solo (1957), dan Workshop film Directing (KFT).

Sebelum terjun ke dunia film menjadi wartawan. Dari Berita Indonesia (1960), Sinar Harapan (1962-1986), kemudian memimpin surat kabar Suara Pembaruan.

Anggota Dewan Film Nasional ini juga merupakan wartawan anggota PWI yang terjun pertama kali di dunia film. Ia aktif sejak 1964 sebagai penulis skenario.

Kini Setiadi Tryman, sahabat yang sekaligus mentor itu telah pergi mendahului. Selamat jalan sahabat senior dan mentor kami. Semoga Tuhan memberimu tempat lapang, nyaman, dan indah di sisi-Nya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA