Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Transformasi Digital Menuju Inklusivitas Pendidikan

Senin, 08 Maret 2021, 12:48 WIB
Transformasi Digital Menuju Inklusivitas Pendidikan
Sekjen DPP PKB Hasanuddin Wahid dan Anggkota Komisi X DPR/RMOL
BEBERAPA hari yang lalu, penulis menyoroti perihal keharusan pengembangan dan pemanfaatan teknologi digital pendidikan kita.

Namun perlu diingat bahwa apa yang terjadi dalam pendidikan tidak sepenuhnya didorong oleh masalah ekonomi, kebijakan pemerintah dan masyarakat. Sebaliknya, banyak alasan untuk menggunakan teknologi digital dalam pendidikan justru muncul karena masalah dan tekanan 'internal'.

Sejatinya, masalah internal ini tidak selalu terkait dengan membuat pendidikan lebih responsif terhadap agenda pembuat kebijakan, industrialis atau orang tua. Alih alih, alasan dan motivasi ini sering kali berkaitan dengan perhatian 'bottom-up' untuk membuat penyediaan pendidikan 'bekerja lebih baik'.

Tak dapat dipungkiri, belakangan ini, para akademisi dan praktisi pendidikan di Indonesia semakin percaya bahwa teknologi digital mampu mendukung berbagai perbaikan pada proses inti pendidikan.

Makanya semakin banyak pendidik (guru) yang tertarik, bahkan sangat antusias memanfaatkan teknologi digital untuk mengatasi beberapa masalah dan keterbatasan pendidikan yang sudah lama ada.

Bahkan, seperti blessing in disguise, semenjak pandemi Covid-19 merebak awal Maret 2020 lalu, para guru dan siswa di seluruh Indonesia, terdorong untuk aktif memanfaatkan teknologi digital. Walau masih terbentur banyak kendala seperti jaringan internet yang tak merata.

Selain itu, banyak siswa dari keluarga miskin yang tak memiliki perangkat belajar berupa handphone.

Memungkinkan Transformasi Internal

Pada 2 hingga 6 Maret 2020 lalu, UNESCO mengadakan even yang disebut Mobile Learning Week di kantor pusatnya di Paris. Kegiatan diskusi dengan topik "Kecerdasan Buatan dan Inklusi’ itu dianggap sebagai salah satu acara terpenting Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai pemanfaatan teknologi digital di bidang pendidikan.

Dalam even tersebut UNESCO dan mitranya secara kolektif membuat platform global untuk mendemonstrasikan aplikasi digital dan praktik pendidikan yang menjanjikan. Salah satu isu utama yang dibahas adalah bagaimana teknologi digital, terutama kecerdasan buatan (AI) membawa pendidikan mengalami transformasi secara internal.

Dengan kata lain, bagaimana lembaga pendidikan, terutama para guru (pendidik) mendayagunakan teknologi digital untuk menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas dan inklusif.

Pada aspek kualitas, para guru hendaknya memanfaatkan teknologi digital dengan beberapa tujuan. Pertama, mendukung dan meningkatkan proses kognitif dan keterampilan berpikir peserta didik. Hal itu dimulai dari otomatisasi keterampilan 'tingkat rendah' seperti mengeja, pengembangan pemikiran tingkat menengah yaitu memori, dan tingkat tinggi seperti melakukan pemecahan masalah (problem solving), menganalisa dan menyimpulkan serta mengambil keputusan’.

Kedua, mengembangkan model pembelajaran 'konstruktivis', dimana pembelajaran berlangsung dalam konteks sosial kolaboratif dan suportif. Sebab, pada hakekatnya teknologi digital seperti internet sangat sejalan dengan pandangan konstruktivis bahwa pembelajaran yang paling baik, terjadi sebagai proses sosial dari konstruksi pengetahuan kolektif.
 
Dalam pengertian ini teknologi digital dapat menghubungkan peserta didik dengan orang lain, dan berbagai sumber ilmu pengetahuan. Dengan demikian akan tercipta suatu pembelajaran yang lebih efektif, luas atau kaya perspektif dan mendalam.

Keuntungan utama dari pendidikan berbasis teknologi terlihat pada posisi pelajar di pusat proses pembelajaran. Secara khusus, teknologi digital dapat meningkatkan kebebasan peserta didik untuk memilih informasi dan orang yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan mereka.

Teknologi digital seperti komputer yang terkoneksi internet dapat memberikan para pembelajar akses yang hampir seketika ke banyak data dan informasi.

Sementara itu, dalam aspek inklusivitas, teknologi digital membantu pendidik memastikan proses pendidikan yang inklusif.

Artinya, penggunaan internet dan teknologi digital dalam proses pendidikan harus merangsang guru untuk lebih aktif memperkenalkan model pembelajaran inklusif dan memfasilitasi keterlibatan siswa dengan kesulitan belajar dalam materi pembelajaran, anak-anak penyandang disabilitas, serta orang yang belajar dalam bahasa selain bahasa asli mereka. Termasuk, menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh.

Membangun Komunitas Virtual

Dari waktu ke waktu teknologi digital semakin efektif berperan sebagai sumber dukungan dan pengembangan profesional yang berharga bagi para pendidik (guru). Sebagai bank data dan informasi yang bersifat global dan hampir tak terbatas, internet dapat memungkinkan guru untuk mengeksplorasi data dan informasi semampu dia.

Bagaimana kemudian meramunya menjadi bahan ajar, lalu menyajikannya secara menarik kepada peserta didik. Penggunaan perangkat presentasi interaktif seperti papan tulis elektronik dapat membuat konten pendidikan 'menjadi hidup' bagi peserta didik.

Teknologi digital juga membantu guru dalam urusan yang bersifat administratif, prosedural dan birokratis. Ia memudahkan guru dalam tugas-tugasnya dan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan  waktu dengan peserta didik secara efisien dan efektif.

Teknologi digital juga  membantu para pendidik untuk dapat menawarkan kepada peserta didik berbagai  contact person tingkat nasional atau dunia,  yang siap dengan menjadi sumber alternatif informasi dan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

Teknologi digital  juga memungkinkan terciptanya komunitas virtual para guru ataupun para siswa. Portal ‘guru pintar online’yang berkembang dalam beberapa tahun belakangan ini adalah bukti nyata dari manfaat dan peran penting teknologi digital mengembangkan komunitas virtual di dunia pendidikan kita.

Melalui komunitas virtual para guru atau pun siswa dapat berbagi informasi dan ilmu pengetauan. Keberadaan teknologi digital memungkinkan siswa sekaligus dapat belajar dari siapa saja yang dia pilih dari komunitas virtual tersebut.

Peningkatan fleksibilitas dan kontrol individual seperti itu menjadikan teknologi digital sebagai sarana yang sangat tepat untuk mendukung bentuk pendidikan dan pembelajaran 'informal'.
 
Memprioritaskan Strategi Digitalisasi Pendidikan

Sesungguhnya, tiga bulan sebelum UNESCO menyuarakan keharusan internal dari digitalisasi dunia pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggagaskan program ‘Merdeka Belajar’.  

Secara filosofis program ‘Merdeka Belajar’ meliputi dua konsep yaitu: kemerdekaan, dan kemandirian. Secara operasional, program itu, hanya bisa berjalan apabila proses digitalisasi pendidikan terjadi.

Sasaran dari program Merdeka Belajar adalah supaya dalam proses pembelajaran anak-anak tidak lagi harus mengikuti kurikulum yang tersedia, namun bisa menggunakan metode belajar yang paling cocok digunakan.

Untuk kalangan pendidik (guru), supaya teknologi digital menjadi bagian berharga dan integral dari repertoar guru zaman moderen: memungkinkan mereka mengeksplorasi dan memperluas praktik mereka sendiri, dan  meningkatkan 'pengalaman belajar' secara keseluruhan.

Dan, untuk  organisasi lembaga pendidikan, supaya  kegiatan operasi yang bersifat adminsitratif dan prosedur dapat berjalan lebih efektif. Sasaran-sasaran seperti itu hanya mungkin diraih apabila proses digitalisasi pendidikan dikembangkan.

Artinya tanpa kehadiran teknologi digital yang memadai, sasaran-sasaran itu menjadi seperti sebuah ‘mimpi malam’, tak bakal terwujud.

Bertolak dari uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa kita perlu menanggapi serius keharusan atau tuntutan internal dunia pendidikan untuk menggandeng teknologi digital.

Jawaban terbaik atas tuntutan tersebut adalah memprioritaskan strategi ‘digitalisasi pendidikan’ dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional (PJPN) 2020-2035 dan Rancangan  Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan atas Undang-Undang 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sidiknas).rmol news logo article

Hasanuddin Wahid
Penulis adalah Sekretaris Jenderal DPP PKB dan Anggota Komisi X DPR RI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA