Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengusaha Batubara Harus Mau Bantu Negara

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/salamuddin-daeng-5'>SALAMUDDIN DAENG</a>
OLEH: SALAMUDDIN DAENG
  • Jumat, 02 Oktober 2020, 13:29 WIB
Pengusaha Batubara Harus Mau Bantu Negara
Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng/Net
JIKA PLN dituntut untuk menolong rakyat di tengah Covid, menggratiskan listrik, dan lain sebagainya, maka pengusaha batubara juga harus dimintai tanggung jawabnya untuk menolong negara.

Tak ada bedanya PLN juga mencari untung, pengusaha batubara juga mencari untung. Kalau sekarang kentungan sama-sama harus berkurang, maka memang demikianlah konsekuensi bernegara. Senasib sepenanggungan.

Sudah lama perusahaan batubara menikmati uang miliaran dolar hasil tambang batubara dari bumi Indonesia. Bayangkan mereka menikmati untung besar ketika harga batubara di atas 100 dolar per ton. Keuntungan mereka melampaui perusahaan tambang mana pun, ternasuk perusahaan minyak nasional.

Saat itu adalah pesta mereka yang paling meriah. Dengan produksi mencapai 500 juta ton setahun, pengusaha batubara Indonesia menghasilkan revenue 50 miliar dolar AS lebih dari batubara atau mencapai Rp 750 triliun setahun. Mereka menikmati itu lebih dari lima tahun. Uangnya saya kira masih banyak di dalam simpanan atau deposito para pengusaha. Di dalam dan di luar  negeri, dalam rekening resmi maupun rekening rahasia.

Sampai sekarang pun pengusaha batubara masih menikmati untung, karena masih mendapat kebaikan hati pemerintah melalui harga batubara DMO (domestik market obligation), karena harga DMO pun masih berada di atas rata-rata harga pasar.

Pemerintah juga menetapkan harga batubara acuan (HBA) yang mengambil harga batubara terbaik di dunia. Harga batubara kalori tertinggi. Pengusaha sangat menikmati harga batubara acuan ini. Karena di atas harga batubara pada umumnya!

Sementara harga batubara PLN masih juga masih mahal, karena PLN memang sudah terikat kontrak pembelian batubara dan tak bisa sewaktu waktu menegosiasikan harga. PLN menggunakan harga batubara patokan pemerintah. Kesemuanya itu menghasilkan keuntungan bagi pengusaha batubara.

Walaupun banyak pengusaha lain bangkrut di tengah Covid-19, namun pengusaha batubara masih pesta. Walaupun pesta mereka tak semeriah pada saat harga batubara 100 dolar per ton. Tapi ya masih pestalah.

Oleh karenanya, alangkah baiknya menteri ESDM mengajak pengusaha batubara untuk urun rembuk, ikut menanggung beban ekonomi Covid. Caranya mudah, yakni agar mereka menjual batubara ke PLN serendah mungkin. Kalau bisa setengah harga DMO saat ini. Jika harga batubara Acuan (HBA) 50 dolar per ton, harga batubara DMO harusnya 40 dolar per ton. Harga pembelian PLN cukup 20 dolar per ton.

Perusahaan raksasa batubara perlu diajak bicara soal ini seperti Adaro, Sinarmas, Indika energi, Arutmin, Berau, KPC, Bumi, Bukit Asam, dll. Agar sama-sama membantu negara dan rakyat dengan cara menjual batubara dalam negeri dengan harga separuh dari harga komersial.

Hanya 100 juta ton dari 500 juta ton atau 20 persen dari jumlah yang digali dari bumi Indonesia sebagai negara eksportir batubara terbesar di dunia. rmol news logo article

Penulis adalah Peneliti Dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA