Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rancu Klaim Konghucu Atas Vihara Atau Kelenteng Agama Buddha

Senin, 21 September 2020, 08:07 WIB
Rancu Klaim Konghucu Atas Vihara Atau Kelenteng Agama Buddha
Kelenteng Kwan Sing Bio/Net
KONFLIK kepengurusan Kelenteng atau Vihara Kwan Sing Bio atau populer disebut Vihara Tuban, di mana hampir disemua biro wisata lokal dan domestik juga international menyebutnya demikian, Tuban Temple Tour Destination.

Telah menjadi perseteruan terbuka di ranah publik akibat hilangnya etika dan azas kepatutan salah satu pihak dalam kaitan kehadiran Dirjen Bimas Buddha untuk menengahi kepentingan umat di luar urusan kepengurusan itu sendiri.

Adalah kenyataan sejarah berdirinya Kelenteng atau Vihara Kwan Sing Bio memang menjadi ibadah spiritual umat Buddha dengan beberapa upacara ritual pada hari-hari tertentu penanggalan bulan. Khususnya menyambut Hari Ulang Tahun Sang Dewa, Kwan Tie atau Kwan Kong.

Sehingga pernyataan Ketum Gemaku, Kris Tan, yang mengatakan Dirjen Bimas Buddha seolah memutarbalikan fakta adalah sebuah penyesatan pandangan tentang pengertian mana tempat ibadah Agama Buddha (aliran/Mahzab Tridharma) yang disebut Kelenteng dengan "Kelenteng" sebagai tempat ibadah umat Konghucu.

Jadi mencoba memakai dasar penjelasan di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) itu bukanlah dalam kaidah identitas terkait tempat ibadah agama Buddha yang dikenal dengan sebutan Kelenteng atau Vihara.

Karena kalau merujuk Kamus Wikipedia disebutkan pula tempat ibadah umat Konghucu adalah Litang dan yang mungkin dimaknai sebagai kelenteng secara umat awam. Jadi jelas Kelenteng Tuban itu adalah identik dengan Vihara dalam pemahaman literasi maupun spiritual ibadahnya.

Jadi Dirjen Bimas Buddha tidak dalam kapasitas mengubah nama tempat ibadah Kelenteng versi Konghucu alias Litang yang berada di bawah naungan Majelis Agama Khonghucu Indonesia atau MAKIN, tetapi dalam kapasitas legalitas Vihara Tuban sebagai Tempat Ibadah Tridharma atau TITD yang notabene memang tugas Dirjen Bimas Buddha.

Dengan demikian pernyataan Kris Tan selain menyesatkan juga ada upaya mengadu domba antaragama Buddha dengan Kepercayaan pada Nabi Khonghucu yang disebutnya sebagai agama juga.

Lebih parah lagi Kris Tan yang bukan pemeluk agama Buddha mencoba mencoreng kehormatan pejabat resmi Pemerintah urusan agama Buddha yang dengan lancang melakukan fitnah dan upaya penghinaan dengan meminta Menag mengganti Dirjen Caliadi.   

Kris Tan perlu tahu bahwa Dirjen mengambil sikap tidak bersikeras untuk membuka gembok Vihara meskipun mendapat amanah dari umat Vihara Tuban bukanlah dimaknai sebagai ikut campur internal Vihara, tetapi dalam kapasitas lembaga Pemerintah yang bertugas mengayomi kepentingan umat dalam menjalankan peribadatannya.

Sifat dan adab seorang Buddhisme telah diperlihatkan sang Dirjen dengan penuh kesadaran dan tentunya Kris Tan harus malu dengan sifat pongahnya itu, yang pasti bukan sebagaimana diajarkan Nabinya. Sabar dan 'zhong shu' tepa salira, menjaga kehormatan.

Namun yang utama, jangan pernah mencoba membuat kerancuan atas nama Kelenteng atau Vihara yang bukan ranah keyakinannya atau akan menjadi preseden buruk di mata umat...rmol news logo article

Adian Radiatus

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA