Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kadrun, Orde Baru Dan ‘Hantu Komunis’

Selasa, 23 Juni 2020, 03:44 WIB
Kadrun, Orde Baru Dan ‘Hantu Komunis’
Ilustrasi China/Net
KAUM kadal gurun (kadal gurun) dan sisa-sisa orde baru semakin kebakaran jenggot karena gagal dalam propagandanya mengadu domba rakyat dan bangsa Indonesia. Masyarakat sudah bisa cerdas untuk mengabaikan sentimen anti komunis di Indonesia yang terus menerus dihembuskan untuk menutupi agenda kepentingan anti Pancasila.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kadrun sama sekali tidak mewakii mayoritas umat Muslim  apalagi rakyat Indonesia, agenda besarnya sudah terbongkar, adalah menggantikan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem khilafah yang saat ini memporak-porandakan beberapa negara di timur tengah sampai hari ini.

Bekerjasama dengan sisa-sisa Orde Baru dan kaum sakit hati, sentimen anti komunis ini juga dipakai untuk terus menerus mengganggu pemerintahan Jokowi. Tujuannya agar bisa melakukan bargain politik, untuk masuk dalam pemerintahan dan kembali bisa menikmati kekuasaan.

Hantu PKI dan komunisme yang selalu dipakai untuk menakut-nakuti masyarakat, semakin membuktikan ketidakmampuan politik kelompok-kelompok tersebut menunjukkan jalan keluar dan masa depan bagi bangsa Indonesia ditengah perkembangan dan kemajuan dunia.

Bahkan sebaliknya kelompok-kelompok di atas terus menerus merusak persatuan, kebhinneka tunggal ika-an, memprovokasi perpecahan, kebencian antar agama dan antar suku dan ras, baik secara terbuka maupun secara diam-diam berkembang sampai ke lembaga negara bahkan ke kalangan militer.

Sentimen anti PKI kerap juga bersandingan dengan anti China yang dianggap sebagai penyebar faham komunisme dan nampaknya berhubungan dengan kepentingan mempertahankan Indonesia sebagai bagian dari eksploitasi ekonomi perusahaan-perusahaan Amerika yang sudah mengambil keuntungan sejak Orde Baru berkuasa.

Tentu saja, perubahan dunia yang teramat cepat telah menggantikan hegemoni kekuasaan korporasi barat selama 10 tahun terakhir, dengan perluasan pengaruh kebangkitan ekonomi China. Kebangkitan China ini yang semakin membawa ketakutan yang mendalam di dalam negeri (Indonesia) yang sudah kehilangan kekuasan sejak kejatuhan orde baru 1998.

Para kaki tangan hegemoni korporasi barat tak mampu menjawab keheranan mengapa sebuah negara komunis seperti China bisa memiliki kekuatan ekonomi sedemikian rupa mengalahkan tuan-tuan korporasi multinasional yang sudah berkuasa puluhan tahun bahkan sejak usai perang dunia.

Sampai saat ini tidak rela menerima kenyataan, bagaimana mungkin sebuah negara China komunis dengan milyaran penduduk miskin sampai tahun 1990-an, saat ini bisa menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terkuat menggantikan negara-negara demokratis seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Jepang?

Tentu para ekonom dan politisi yang selama ini mengabdi pada kepentingan korporasi multinasional enggan untuk menunjukkan berbagai kelemahan yang bersumber pada eksploitasi kapitalisme dalam sistim demokrasi yang selama ini dijalankan.

Alih-alih menjelaskan atau belajar dari kesalahan untuk memperbaiki sistem yang sudah salah dan merusak. Para ekonom dan politisi justru semakin blunder dengan sentimen anti komunis dan semakin meningkatkan kebencian berbasiskan perbedaan ras, suku dan antara agama untuk mempertahankan hegemoninya.

Sebulan terakhir, dampak rasisme telah memporak-poranda sistem sosial ekonomi yang mulai menjalar di Amerika Serikat. Sebuah negara yang selama ini menjunjung tinggi kebebasan bicara, HAM dan demokrasi. Gejala ini bahkan mulai nampak menjalar kebeberapa negara-negara di Eropa.

Sementara China, di bawah bimbingan Partai Komunis China semakin maju mengembangkan kekuatan produktif rakyat dari tingkatan home industri sampai. Bahkan pabrikan menyediakan berbagai produk lebih murah bukan hanya untuk kebutuhan di dalam negeri tetapi sampai seluruh dunia.

Pasar dunia yang menyerap berbagai produk China, telah meningkatkan kesejahteraan rakyatnya China, mendorong inovasi ilmu pengetahuan dan tehnologi China diberbagai bidang yang dipakai oleh sebagian besar masyarakat dunia.

Ujian Pandemi Corona

Ketika krisis melanda dunia yang disebabkan pandemik Corona di awal tahun 2020, dua sistem demokrasi diuji untuk bisa mengatasi dan bangkit dari kehancuran ekonomi.

Sistem demokrasi barat yang menjadi standar dan dipakai hampir di seluruh dunia harus berkompetisi dengan demokrasi china, yang sudah bisa disaksikan, sistem yang mana yang lebih mampu dan efektif pada saat ini dalam menghadapi pandemik dan krisis ekonomi dalam negeri masing-masing.

Dunia menyaksikan, saat wabah melanda, Pemerintah China melakukan lock down di Wuhan yang menjadi epicentrum wabah Corona. Kebijakan tersebut bisa sangat efektif menahan penyebaran Corona ke seluruh China dalam 2 bulan, karena dilakukan secara disiplin oleh seluruh rakyat dan pemerintah di bawah bimbingan Partai Komunis China.

Seluruh kekuatan di dalam negeri difokuskan untuk mengatasi wabah di Wuhan. Kader-kader komunis yang bertugas sebagai tenaga kesehatan dan militer menjadi pelopor terjun langsung mengatasi persoalan kesehatan di rakyat.

Dewan dan komite rakyat di tingkat komunitas memastikan ketersediaan obat, makanan dan berbagai kebutuhan bagi rakyat yang disiplin tinggal dirumah. Kader-kader mengetok pintu dua kali dalam sehari pagi dan sore memeriksa panas badan warga dan segera membawa ke rumah sakit jika ada yang sakit.

Para ilmuwan sejak awal mencari dan menemukan obat-obatan sampai vaksin untuk mengatasi virus Corona. Sehingga dalam waktu dua bulan kasus menurun dan wabah teratasi.

China yang sudah bisa mengatasi Corona dan dengan mudah bangkit kembali membangun ekonominya lebih maju lagi. Sekolah dan kampus kembali dibuka. Turis-turis asal China mulai kembali meramaikan daerah-daerah wisata.

Bahkan China sejak awal Maret sudah mulai mengirim relawan dan tenaga kesehatan bersama bantuan obat-obatan ke negara-negara yang terdampak wabah Corona.

Sementara itu, saat wabah melanda negara-negara lain di eropa dan Amerika, kebijakan lock down yang dipaksakan oleh WHO justru menambah kasus Corona dan mendatangkan kepanikan karena masyarakat tidak disiplin dan pemerintahnya tidak bisa memberikan pelayanan yang efektif.

Berbagai negara mengalami kehancuran ekonomi dan menyebabkan kerusuhan karena pemerintah tidak bisa menyediakan bahan makanan.

Di Amerika, wabah Corona justru menjadi sarana kampanye elite politik untuk Pemilu. Belakangan dipicu oleh rasisme, mengobarkan protes, demonstrasi, kerusuhan dan penjarahan secara luas diberbagai kota di Amerika Serikat yang belum bisa diatasi sampai saat ini disiarkan oleh seluruh stasiun televisi dan media sosial.

Mengapa China Bisa?

Untuk diketahui, revolusi yang dipimpin Partai Komunis China telah berhasil mendirikan Republik Rakyat China yang berdiri pada 1949 dipimpin oleh Mao Tse Tung. Untuk memastikan bahwa republik yang baru berdiri tersebut maka negara dibangun diatas sistem demokrasi rakyat, yaitu demokrasi yang dijalankan oleh rakyat dan untuk kepentingan seluruh rakyat.

Sistem demokrasi rakyat dijaga sampai hari ini oleh Partai Komunis China dan Tentara Pembebasan Rakyat dari tingkat  desa sampai tingkatan nasional.

Demokrasi rakyat yang berlangsung memastikan negara melayani dan mensejahterahkan seluruh rakyat yang terdiri dari berbagai etnis dan sektor masyarakat. Di China, tanah dan seluruh sumber daya alam adalah milik negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan mensejahterahkan rakyat.

Ekonomi dijalankan oleh di bawah bimbingan pemerintah dan dikawal oleh Partai Komunis China. BUMN menjadi tulang punggung ekonomi berbasiskan industri manufaktur dan home industri.

Setelah kuat, perusahaan-perusahaan swasta didorong berkembang di bawah dengan berbagai fasilitas pemerintah dan dibimbing oleh Partai Komunis China.

Pada perkembangannya China melahirkan perusahaan dan industri raksasa baik BUMN maupun swasta yang bukan hanya memenuhi kebutuhan di dalam negeri, tapi  saat ini sudah berkembang untuk memenuhi permintaan dunia.

Perluasan pasar produk industri China mendorong berbagai kerjasama ekonomi antara China dengan berbagai negara di dunia di Asia, Eropa, Afrika dan sampai di Amerika Serikat, menjadikan China menjadi negara dengan kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan dan tehnologi yang kuat menandingi produk-produk dari eropa dan negara lain.

Kaum kadrun perlu mengetahui, bahwa di China, tidak ada larangan bagi warga untuk beragama apapun juga. Bahkan negara memfasilitasi perkembangan agama-agama di China dengan membangun dan memelihara masjid, wihara dan gereja.  

Belakangan ini, Gereja Katholik Roma membuka kembali hubungan dengan China setelah melihat ketulusan Pemerintah dan Partai Komunis China membantu secara serius dan cuma-cuma negara-negara yang terdampak wabah Corona. Bahkan sebelum wabah, Raja Arab Saudi membangun kerjasama ekonomi dan pembangunan dengan China.

Sementara kaum kadrun Indonesia, masih terus menerus menakut-nakuti diri sendiri dengan hantu PKI dan komunis dengan kebohongan sejarah Orde Baru, bermimpi menjadi negara Khilafah. Dari ulasan diatas, ketahuan mengapa Indonesia susah maju menjadi seperti China.rmol news logo article

Fahmi Hafel
Penulis adalah Direktur Eksekutive Indonesia Development Monitoring

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA