Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Gotong Royong Sebagai Kekuatan Hadapi Pandemik

Senin, 01 Juni 2020, 23:35 WIB
Gotong Royong Sebagai Kekuatan Hadapi Pandemik
Sekum DPP GAMKI, Sahat Martin Philip Sinurat/Ist
SETIAP tanggal 1 Juni, kita memperingati Hari Lahir Pancasila. Sebagai sebuah pandangan hidup (local wisdom), Pancasila telah melewati banyak rintangan dalam sejarah bangsa Indonesia. Pancasila telah mengalami banyak gesekan dan bahkan sampai pada penolakan atas kehadirannya.

Fakta sejarah saat era Orde Baru, Pancasila pernah dijadikan alat politik kekuasaan yang diskriminatif dan represif jauh dari makna sesungguhnya. Bila diamati secara seksama, selama berpuluh tahun, Pancasila tetap tegar ketika menghadapi kisruh ideologi, sosial, ekonomi, politik, dan aspek kehidupan lainnya.

Semua gelombang dan badai cobaan itu mampu dilewati Pancasila, hingga kini kita tiba pada masa pandemik virus corona baru (Covid-19). Sejak Indonesia merdeka, saat inilah pertama kali kita dihadapkan pandemik mematikan ini. Tidak dengan masalah ideologi politik, melainkan pada persoalan kesehatan yang menghadirkan beragam persoalan lainnya serta mengancam jiwa dari setiap anak bangsa. Telah banyak korban jatuh akibat Covid-19 dan memaksa manusia untuk mengubah perilaku hidup.

Banyak negara yang membatasi aktivitas warganya di ruang publik dan meminta masyarakat melakukan semua aktivitas di rumah masing-masing. Protokol kesehatan menjadi kewajiban bagi masyarakat, seperti penggunaan masker, rajin cuci tangan serta menjaga jarak (physical distancing).

Namun, pandemi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga memberikan efek domino pada sektor ekonomi, pendidikan, sosial, dan lainnya. Beberapa negara dengan sistem teknologi canggih dan ekonomi yang maju sekalipun, tidak dapat membendung dampak dari wabah virus asal Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China itu.

Amerika Serikat sebagai salah satu negara adidaya harus terkapar dengan persoalan kompleks yang timbul akibat Covid-19. Lain lagi dengan Korea Selatan. Saat kelonggaran dilaksanakan, angka positif terjangkit kembali melonjak naik. Ketidakdisplinan masyarakat menjalankan protokol kesehatan menjadi salah satu penyebabnya.

Mengurai dan menyelesaikan dampak pandemik Covid-19 tidak dapat dikerjakan sendiri-sendiri, baik oleh pemerintah ataupun masyarakat. Semua pihak harus dapat bekerjasama dan bahu-membahu mengurai dan menyelesaikan persoalan.

Oleh karena itu, dibutuhkan perekat sosial yang disepakati bersama untuk menjamin keberlangsungan penataan kehidupan yang sesuai dengan standar kesehatan. Dalam hal ini, Pancasila dengan semangat gotong royong adalah satu-satunya pilihan bagi masyarakat Indonesia.

Gotong royong adalah modal sosial yang selama beratus tahun telah menjadi jati diri masyarakat Indonesia. Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 mengatakan bahwa gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, satu karyo, satu gawe.

Bung Karno menggambarkan gotong-royong sebagai pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama. Itulah Gotong Royong sebagai karakter sejati dari masyarakat Indonesia. Gotong royong adalah kekuatan kita menghadapi pandemik.

Perwujudan dari gotong royong adalah bekerja bersama yang diasalkan dari paham “karyo” dan “gawe” sebagai ciri khas Indonesia. Inilah ciri khas yang terkandung di dalam gotong royong. Dengan gotong royong, semua orang dilihat berada pada posisi yang sama, setara, egaliter, serta menjunjung tinggi nilai cinta tanah air. Gotong royong juga memungkinkan terjadinya ruang dialogis untuk mufakat dan penghargaan terhadap perbedaan pilihan dan perbedaan sejak lahir.

Kekhawatiran Soekarno dan juga para pendiri bangsa lainnya bahwa pasca merdeka rakyat Indonesia akan cenderung individualis dan tidak lagi peduli dengan kepentingan komunal. Karena itulah Soekarno berani membandingkan kehidupan negara-negara merdeka di Eropa dan juga Amerika yang di kemudian hari oleh Soekarno digambarkan dengan merajalelanya kaum kapitalis.

Soekarno sejatinya hendak mengatakan bahwa persoalan individualis dan juga merajalelanya kapitalis tidak ada dalam makna hidup orang Indonesia jika menggunakan gotong royong sebagai pandangan hidup.

Inilah kekayaan bangsa Indonesia yang sekaligus membedakan bangsa Indonesia dengan keadaan bangsa-bangsa lainnya karena menurut Soekarno, Pancasila digali dari apa yang terpendam dalam bumi Indonesia. Sebagai hasil penggalian, Pancasila dapat dipakai sebagai dasar Indonesia merdeka yang akan datang.

Dalam Pancasila dan gotong royong, usaha yang dilakukan adalah sebuah cara untuk menyelesaikan masalah secara bersama, entah itu masalah yang dirasakan oleh beberapa orang di dalam komunitas ataupun masalah komunal. Itu berarti bahwa, gotong royong dapat menjadikan masalah personal sebagai masalah komunal. Karena menjadi masalah komunal, maka akan dicarikan jalan keluar secara bersama-sama.

Menghadapi dampak pandemik, pemerintah dan masyarakat harus dapat bersinergi memberdayakan semua sumber daya yang dimiliki Indonesia untuk bekerja bersama, maju bersama, dan menghadapi segala hal secara bersama.

Dalam semangat gotong royong, semua elemen negara dituntut untuk mematuhi setiap protokol kesehatan secara ketat dan disiplin. Setiap masalah sebagai efek dari Covid-19 adalah masalah setiap anak bangsa. Tidak ada anak bangsa yang boleh ditinggalkan tenggelam sendirian di dalam persoalannya. Oleh karena itu, dituntut partisipasi serta inovasi semua putra-putri bangsa untuk menyelesaikan dampak dari pandemik Covid-19 ini.

Gotong royong bukanlah aksi asal-asalan ataupun aksi seremonial. Lebih dari itu, kekuatan gotong royong adalah aksi nyata yang dilakukan secara berkelanjutan dan bermanfaat untuk kepentingan bersama. Ini jelas termaktub dalam pernyataan Bung Karno bahwa negara merdeka Indonesia adalah negara yang melaksanakan kepentingan untuk semua bukan untuk golongan tertentu saja.

Prinsip gotong royong adalah di antara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia. Gotong royong menggerakkan rasa persaudaraan kita, untuk saling berbagi tanpa tersekat-sekat dengan perbedaan.

Saat seperti inilah implementasi dari Pancasila terwujud nyata, tidak sekadar teori ataupun simbol saja. Nasionalisme dan solidaritas kita sebagai sesama anak bangsa menjadi sangat penting.  Ibarat semangat para pejuang dahulu dalam arak-arakan kemerdekaan.

Nasionalisme dan solidaritas yang terbangun dalam semangat kegotongroyongan Pancasila itulah yang menjadikan kita sebagai sesama manusia, sebagai sesama pejuang kemanusiaan dan sebagai sahabat sejati.

Seperti ungkapan bijak yang mengatakan bahwa kita bisa mengetahui siapa sahabat sejati kita saat sedang mengalami kesulitan. Pada kondisi pandemik ini, kita dapat melihat banyak aksi solidaritas yang telah dilakukan putra-putri bangsa.

Berbagai lembaga keagamaan, komunitas, dan anak-anak muda lintas agama melakukan tindakan nyata; membagi sembako, membuat dapur umum, melakukan pelatihan, memberikan masker dan APD secara gratis, dan banyak aksi solidaritas lainnya.

Namun aksi solidaritas itu masih belum cukup. Pemerintah dan masyarakat harus bergotong royong. Bagaimana agar UMKM dapat bertahan di tengah pandemik, pekerja tidak dirumahkan, jaringan internet dapat dinikmati oleh setiap rakyat Indonesia, masyarakat dapat membeli kebutuhan pokok dan alat kesehatan dengan harga yang terjangkau.

Untuk dapat menjawab setiap persoalan ini, pemerintah pusat dan daerah harus melibatkan dan mendengarkan masukan masyarakat. Masyarakat juga harus percaya sepenuhnya kepada berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah. Dalam setiap gotong royong, harus ada sikap saling percaya di antara semua pihak.

Pandemik Covid-19 masih ada dan belum berlalu. Namun, hidup kita sebagai individu, masyarakat, dan bangsa harus terus berjalan. Karena itulah, gotong royong adalah kekuatan utama kita menghadapi pandemi.

Dengan sikap bergotong royong, bangsa Indonesia dapat sehat, kuat, dan optimis menghadapi badai pandemik Covid-19 ini. Itulah esensi sesungguhnya dari gotong royong, perasaan dari Pancasila yang setiap tanggal 1 Juni kita rayakan kehadirannya. Salam sehat, salam Pancasila!rmol news logo article


Sahat Martin Philip Sinurat
Penulis adalah Sekretaris Umum DPP GAMKI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA